Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.
Sabtu, 07 Desember 2013


        Hidup adalah kekosongan sampai manusia menghidupi yang menjadi tugas manusia untuk memberi makna atas hidup tersebut dan makna hidup tidak lain adalah makna yang anda pilih. Meskipun gerakan eksistensialisme di Perancis hampir mencapai sukses popularitas, adalah gerakan yang berlalu begitu saja dan mencapai waktu kurang lebih dari satu abad. Dan juga eksistensialisme digambarkan sebagai anti-historis, para pendukungnya menunjukkan minat yang tidak kecil dari para pendahulu mereka.Pernyataan mengenai eksistensial muncul pertama kali ketika zaman keemasan filsafat Jerman mencapai puncak pada system dialektika-nya Hegel. Mengundang dari filsuf berkebangsaan Denmark yang suka menyendiri, Soren Kierkegaard mengemukakan tentang sanggaha-sanggahan yang sangat tajam dan dia berpendapat bahwa kebanyakan filsafat bukanlah kebijaksanaan yang lahir dari kehidupan melainkan hanyalah kebijaksanaan tentang kebijaksanaan da hanya sedikit berkaitan dengan kehidupan, hanya individu yang nyata dan konkret, realitas eksistensi setiap orang berasal dari ‘kedalaman’ jiwanya sendiri-sendiri bukan dari apapun yang dapat disusun secara sistematis oleh pikiran manusia karena pengetahuan yang diobjektifkan tidak selalu sama dengan kebenaran. Lalu, apa definisi dari eksistensialisme?perlu diketahui bahwa beragamnya penafsiran terhadap eksistensialisme yang tidak punya dalil atau didefinisikan berdasarkan kelaziman. Eksistensialisme adalah sebuah doktrin yang benar-benar memungkinkan manusia menjadi mungkin artinya bahwa manusia mendefinisikan manusia melalui tindakan-tindakannya yang justru membangkitkan hasrat menuju kebahagiaan (optimisme). Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free", bahwa manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.       Kekhawatiran akan ketidakamanan lingkungan sekitar dan analisis pencarian penyebab-penyebabnya sangat erat dengan motif eksistensial dalam karya Karl Jaspers (Prof. Filsafat di Heidelberg) bahwa “sangkaan yang kuat pada kemajuan masyarakat peradaban teknologis yang hanya sebagai penyakit sosial. Semakin besarnya ketergantungan terhadap pemikiran objektif harus dibayar dengan terpinggirnya eksistensi manusia”. Maksudnya adalah dengan terbentuknya suatu masyarakat, maka kehendak-kehendak individu semakin terbinasa dikarenakan dengan adanya suatu masyarakat maka semakin terbentuknya suatu objektivitas (dalam hal ini “kesepakatan”).Prinsip yang perlu diketahui dari eksistensialisme adalah eksistensi mendahului esensi yaitu manusia berkehendak dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri/menjadi diri sendiri. Dan pengertian dari subjektivitas adalah kebebasan-kebebasan subjek-subjek individual yang dimana manusia tidak dapat melampaui subjektivitasnya (memilih keputusan yang baik).  Eksistensialisme juga menolak dengan adanya pengingkaran dan keputusasaan karena diri sendirilah yang dapat menentukan hidup sendiri dan membatasi diri sendiri untuk menggantungkan diri pada semua yang berada dalam keinginan-keinginan kita didalam keseluruhan yang memungkinkan tindakan-tindakan kita dapat dilakukan.Ketika Rene Descartes berkata bahwa "taklukkan diri dulu, sebelum menaklukkan dunia". Kaum marxis juga berkata bahwa "tindakan anda dibatasi oleh kematian, tetapi anda dapat mengandalkan bantuan orang lain". Dan yang terakhir kaum eksistensialis juga berkata “tidak ada cinta yang dapat dilepaskan dari tindakan cinta, tidak ada potensi cinta lain kecuali diwujudkan dalam tindakan mencinta, tidak ada genius lain apapun yang diekspresikan dalam karya seni. Pemikiran ini menempatkan orang pada suatu posisi untuk melihat bahwa hanya realitalah yang dapat kita percayai. Bahwa mimpi, harapan, dan keinginan hanyalah impian kosong, harapan yang belum terwujud dan keinginan yang belum terpenuhi.