Popular Posts
-
Karangan ini saya buat berdasarkan apa yang saya ketahui dan apa yang saya dapatkan di bangku perkuliahan Fakultas Hukum Universitas ...
-
Suatu wacana yang menarik ketika kita mengkaji filosof dan ilmuwan. Apakah filosof (ahli filsafat ilmu) dan ilmuwan i...
-
Ketika Wortley, mengemukakan bahwa : “ Jurisprudence is the knowledge of law in its various forms and manifestations ” ...
-
Suatu hal yang menarik ketika kita mengkaji, dengan dibentuknya beberapa komisi-komisi negara seperti Komisi Yudisial, Komisi Pemberantas...
-
Berbicara mengenai kriminologi, otomatis tidak lepas dari pembahasan masalah kejahatan dan merupakan salah satu ilmu pemb...
-
Apakah kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau perspektif kita terhadap diri kita bahwa d...
-
Apakah segala bentuk perbuatan atau tindakan warga Negara menjadi terbatas (kaku) dengan adanya suatu aturan hukum, ...
-
Untuk memahami apa itu filsafat, mari kita lihat pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian filsafat : 1. Plato (427 SM...
-
Berbicara mengenai konsep kekinian, tentu manusia tidak terlepas dari apa yang dibutuhkan atau yang dinginkannya yaitu belajar. Apa...
-
Hidup yang terpahami adalah kematian yang sesungguhnya, dan kematian yang terpahami adalah awal dari langkah untuk memulai...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Kategori
- Agama ( 6 )
- Hukum & Sosial ( 13 )
- Logika & Filsafat ( 10 )
- Motivasi ( 5 )
- Puisi ( 2 )
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 29 Juli 2013
Apakah
kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau
perspektif kita terhadap diri kita bahwa diri ini budak?atau pedagang?ataukah
pecinta? Kapankah kita bisa mengambil tolak ukur bahwa kita ini budak, pedagang
ataukah pecinta di dalam beragama? Kenapa manusia dalam cara beribadahnya
dibagi menjadi 3 kategori? Seperti apa itu budak, pedagang dan pecinta?mari
kita simak !
Hidup memang tidaklah terlepas dari
pilihan dan tidak terlepas diantara-Nya. Merujuk kepada data-data teologis
bahwa kesempurnaan yang hakiki, mutlak dan tidak terbatas adalah Tuhan (QS.
22:64). Dialah Zat yang Maha Esa, Maha Kaya, dan Pemurah wujud kepada
makhluk-Nya (QS. 35:15) Dialah Rabbiul ‘alamin. Maha Pengatur, Maha Pemelihara,
Pemilik Mutlak, Penguasa dan Pemerintah Mutlak. Maka, perjumpaan dengan Tuhan
adalah kesempurnaan terbesar manusia (QS. 53:42 – QS. 84:6). Berdasarkan
subjektifitas manusia, bahwa manusia cenderung mencintai diri sendiri (merawat)
karena mencintai diri sendiri adalah naluri induk bagi kecenderungan dan
tendensi batin lainnya. Naluri ini tidak
pernah puas dengan nikmat keterbatasannya
(QS. 70:19-21). Tuntunannya semakin menjadi 7 maksudnya adalah hingga
menembus langit-langit keterbatasan (bukan 7 langit yang kita konsepsikan
menjadi 7 di alam khayal kita). Dan perjumpaan menuju kesempurnaan itu tidak
lain adalah kepuasaan terbesar bagi naluri cinta terhadap diri sendiri.
Ditegaskan bahwa iman itu
berderajat atau mempunyai tingkatan. Derajat minimal iman adalah menerima
kepuasan kalbu bahwa “La ilaha illallah” tidak ada Tuhan selain Allah adalah
kalimat Tauhid yang mencakup keyakinan kita terhadap Tuhan sebagai Rabbiul
alamin. Imam Ali, mengumpamakan orang pertama itu budak dan orang kedua itu
dengan pedagang serta yang ketiga dengan pecinta. Inilah tangga-tangga iman,
yaitu makna takut, harap dan cinta :
1.
Seseorang yg mengimani Tuhan dan menganggap
bahwa manusia(ciptaan-Nya) itu budak dan akan menundukkan diri di hadapan-Nya
dengan motivasi takut dari segala takut dan khawatir dari segala khawatir atau
dengan kata lain ibadah (shalat, puasa, zakat, dll) adalah perintah-Nya.
2.
Seseorang yang mengimani Tuhan dan menganggap
bahwa segala perlakuan atau wujud peribadatan kita (mengharapkan) surga dan takut
neraka-Nya. Nilai keimanannya jelas berbeda dari nomor 1. Sesuai dengan lagunya
chrisye ft. ahmad dhani “jika surga dan neraka tak pernah ada?masihkah kau
bersujud kepada-Nya?”
3.
Seseorang yang mengimani Tuhan dan menganggap
bahwa segala segala bentuk perlakuan atau ibadahku adalah kecintaan terhadap
sang Pencipta yaitu tidak lagi memikirkan siksa atau pahala, surga dan neraka.
Dan nilai keimanannya tentu berbeda dengan nomor 1 dan 2. Dan sesuai pula
dengan lagunya dewa (satu) “aku ini adalah diri-MU, jiwa ini adalah jiwa-Mu,
tak ada yang lain selain diri-Mu Yang selalu kupuja”.
Mungkin anda
masih mempertanyakan, kenapa seperti itu?maksudnya apa? Tentulah kita ini mau
menjadi pecinta bagi Sang Pemilik Cinta ini karena hanya Dialah yang pantas
untuk dicinta (objektif). Dan kecintaan terhadap sesama manusia itu
(subjektif). Bukan berarti ibadah itu bukan perintah-Nya , dan bukan berarti
ketika kita melakukan ibadah terhadap-Nya tidak mendapatkan surga akan tetapi
itu adalah konsekuensi kita terhadap Sang Pencipta karena Tuhan tidak butuh
lagi apapun karena Dia Maha Segala-Nya dan Sempurna. Jadi wujud peribadatan
kita yaitu bentuk pengucapan terima kasih terhadap Sang Pencipta dalam artian
bahwa kita bersyukur atas Nikmat-Nya. Sekali lagi kita ini bukan budak baginya
karena ketika Tuhan mempunyai budak berarti ada sesuatu yang dilakukannya itu
butuh yang lain (kerajaan) sementara Tuhan adalah Maha Segala-Nya dan Tuhan
menciptakan alam semesta beserta isinya dikarenakan kecintaannya, contoh kecil
: anda membaca ini tulisan apakah ini kemauan Tuhan ataukah kemauan anda
sendiri? tentu karena diri sendiri berarti Tuhan tidak pernah memperbudak kita
karena Tuhan Maha Penyayang bukan berarti ada yang terlepas darinya tapi itu
adalah pilihan anda dan sudah ketentuan Tuhan ketika anda membuka website
(aturannya).
Manakah tindakan yang mendekatkan
kita terhadap-Nya? Tidak ragu lagi bahwa akal
dengan tegas menunjukkan atau menimbang tindakan yang bernilai baik yaitu
bentuk kerja sama terhadap diri yang dibantu oleh indera (5 alat) pada manusia
karena akal adalah pencapaian kesempurnaan manusia dan menjadi beda terhadap
binatang dan untuk menemukan tindakan yang benar-benar baik yang mengarahkan
manusia kepada tujuannya. Akal tidak untuk menebarkan perselisihan-perselisihan
dari hasilnya kalaupun sampai tataran hawa nafsu tentulah kita tidak dapat
dikatakan manusia. Apa bedanya dengan binatang? Satu hal yang perlu kita tahu
bahwa empiris dan akal manusia itu terbatas (terlalu lemah) untuk menyelidiki
atau menganalisis sesuatu yaitu seluruh efek material dan ma’nawi itu serta
dampak duniawi dan ukhrawi, individual dan sosial bagi seluruh kehidupan kita
ini dari seluruh tindakan sengaja. Dalam mengatasi kekurangan dan
keterbatasannya, akal membutuhkan uluran
tangan Dzat Yang Maha Tahu, Maha Adil dan Maha Bijaksana. Aantum a’lamu
amillah. ‘kalian lebih tahu ataukah kami?’ di sini agama hadir di tengah
kehidupan kita. Agama bukanlah lawan dari akal tapi akal hadir sebagai
pelengkap dalam agama (menganalisis sesuatu). Dan barangsiapa yang mengenal
dirinya maka dia akan mengenal Tuhan!
Label:
Agama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar