Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.
Minggu, 14 Juli 2013
            Kenapa saya mengemukakan hal ini?Apa maksudnya? Apakah teknologi sudah menjadi ketergantungan bagi manusia modern? Ataukah manusia modern yang mengontrol teknologi itu sendiri di kalangan masyarakat? Bagaimana maksudnya jika Teknologi dibandingkan Tuhan ? Siapa kah yang lebih berkuasa Tuhan ataukah teknologi itu sendiri? Pertanyaan- pertanyaan ini menjadi begitu penting sebagai sebuah rujukan yang akurat dalam hal ini bahwa berkembangnya suatu peradaban mengindikasikan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan.

Analisis sederhana yaitu berangkat dari definisi teknologi itu sendiri yaitu metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis atau ilmu pengetahuan terapan dalam artian bahwa  teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia atau teknologi merupakan anak peradaban yang selalu bersaing dengan kebudayaan dalam mengarahkan hidup manusia. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa teknologi (penciptaan manusia) saat ini yang berkuasa pada diri manusia yang dimana manusia seringkali larut dalam teknologi, menggantungkan diri kepadanya. Dan teknologi melampaui kemanusiaan. Nah, mungkin anda bertanya, terus hubungannya dengan Tuhan apa?

Estetika, salah satu bidang ilmu filsafat yang mempelajari sesuatu sebagai dimensi keindahan. Jika filsafat adalah ikhtiar memahami bagaimana benda-benda berada bersama di dunia, maka teknologi juga adalah kajian filsafat. Teknologi pada awalnya adalah usaha untuk memudahkan manusia. Kemudahan dari teknologi menjadikan manusia lebih punya banyak waktu merenung namun faktanya tidak seperti itu (pada umumnya) bahwasanya, hidup manusia mesti bisa diperdalam dan diperkaya dalam hal ini waktu manusia tak sepenuhnya tersita hanya untuk bertahan hidup dan realitasnya teknologi memungkinkan manusia mengontrol semua hal, kecuali teknologi sendiri. Determinisme (konsekuensi kejadian sebelumnya dan ada di luar kemauan)  teknologi sepertinya tak terhindarkan maksudnya harus selalu dilawan bukan dengan phobia teknologi tapi dengan setia pada hidup. Yaaaah… berbahagialah kita, punya teknologi meski karenanya kita harus berjuang menepis sihirnya dan mutlak adanya teknologi  memiliki daya tarik yang membuat kita tidak sadar. Netralkah teknologi? Atau sejak awal memihak hasrat berkuasa? Kini seakan-akan teknologi memiliki kehendak sendiri dan manusia takluk terhadap teknologi.

 Keyakinan akan teknologi seringkali berbanding terbalik dengan keyakinan akan nalar padahal teknologi adalah turunan nalar, memang  dulu teknologi  itu merupakan perwujudan hasrat untuk menyempurnakan alam dan kini teknologi merupakan hasrat memperburuk alam. Mengapa demikian? pada awalnya teknologi meniru alam seiring berjalannya waktu alam meniru teknologi yang dimana tiruan itu melampaui aslinya maksudnya di sini alam semakin terpuruk, kesadaran (diri) puas hanya sebatas di permukaan saja. Contoh kecil: bagaimana bila listrik di rumah mati selama sebulan? atau air di rumah tidak mengalir. Tentu saja tanpa peradaban dan teknologi, manusia berpotensi berada pada posisi terbelakang dan menggantungkan diri sepenuhnya terhadap teknologi, secara tidak langsung ingatan kita terhadap kehidupan (perenungan manusia) ini semakin menurun yang dimana suatu saat kita akan kembali kepada Sang Pencipta Yang Mutlak karena dialah sebagai sebab Awal dan Akhir (sebab dari segala sebab) sehingga terkadang kita melupakan hal itu. Kita Sebagai anak peradaban teknologi selalu membidik naluri manusia untuk mendapatkan kenikmatan, menghindari ketakutan dan melemahkan pikiran. 

Melainkan sebagai Ciptaan-Nya yang selalu membidik naluri untuk menyembah kepada Tuhan kita kadang menyepelekan hal tersebut, karena nikmat atas teknologi itu sendiri sehingga berpatokan pada suatu objek (teknologi) bukan kepada subjek (manusia) terkait dengan toleransi terhadap sesama manusia terutama kepada Sang Pemilik dari segala yang dimiliki (Tuhan) dalam hal ini keberadaan manusia juga dapat dipahami sebagai bagian dari alam, tunduk pada hukum-hukum fisiknya dan tidak berdaya untuk mengubahnya (terbatas), tapi di sisi lain manusia mampu mengatasi kondisi-kondisi alaminya yg merupakan suatu kenyataan bahwa manusia tdk semestinya dikontrol sepenuhnya oleh teknologi dan memiliki kendali atas kapan dan dimana mereka dilahirkan serta meninggal. 

Pada dasarnya manusia adalah binatang yg lemah …yaah mempunyai naluri yg lemah tetapi manusia memiliki kesadaran diri, daya khayal dan akal pikiran yang telah menambatkannya dalam situasi ganjil yaitu terasing dr alam semesta. Teknologi dalam penghayatan manusia modern menjadi sihir yang seakan-akan dapat mewujudkan apapun yang diinginkan dalam waktu sekejap. Manusia yang dicecoki dan diatur sedemikian rupa oleh aturannya sendiri ciptaannya sendiri itu. Lama kelamaan kehilangan rasa kemanusiaan dalam artian bahwa hanya tunduk patuh, mengikuti aturan. Akibatnya rasa kemanusiaannya kian menipis diakibatkan bercinta dengan teknologi menjadi hal umum saat ini, relasi yang menempatkan manusia sebagai hamba penurut apapun yang ditawarkan oleh teknologi dengan berbagai fiturnya.

0 komentar: