Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 25 Juli 2013
sa lalu (orang-orang terdahulu) ataukah puasa itu merupakan sebuah ibadah?  Ataukah puasa dijalankan dikarenakan ikut-ikutan karena pengaruh dari orang lain? Mungkin kita berpuasa karena berharap adanya pahala atau sebaliknya karena takut berdosa. Dalam bahasa yang lebih tegas, sebagian dari kita berpuasa karena takut pada ancaman neraka?  Apakah puasa hanya diperuntukkan hanya kepada orang yang menganut agama Islam? Kenapa kita harus berpuasa? Mengapa kita harus puasa dan untuk siapa kita berpuasa? Ada berapa puasa berdasarkan aspek tinjauannya? Mari kita lihat.
                Puasa dalam berbagai derivasinya, disebut 13 kali dlm al-qur'an; tetapi kata 'shaum' hanya disebut satu kali: 'shaum' disitu berbeda sama sekali dengan 'shiam', yg merujuk pada puasa seperti yg lazim kita lakukan. Dalam bahas sufistik, 'shaum' mengacu pada tarekat. Satu-satunya kata 'shaum' dalam al qur'an berkaitan dengan kisah seorang perempuan suci yg melahirkan Nabi Isa as., yaitu maryam. Setelah mengalirkan sungai di bawah kaki Maryam dan menjatuhkan kurma yg surga, Tuhan berkata kpd Maryam, yg mengalami rasa sakit krn akan melahirkan anak : "maka makan, minum, dan tenangkan hatimu. Jika kamu berjumpa dengan manusia, katakan saja :  "aku sudah berjanji kpd Tuhan Yang Mahakasih untuk melaksanakan shaum. Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam:26)
Adapun secara terminologi (istilah), puasa berasal dari kata ‘shawn’ (bahasa India) adalah menahan sesuatu pada waktu tertentu oleh orang tertentu dari perkara-perkara spesifik yang disertai dengan niat. Puasa mempunyai beberapa aspek dalam tinjauannya, yaitu agama, kaum filosof dan sufi, aspek kemanusiaan (humanis).
1.  Puasa dalam tinjauan agama ada 2 yaitu agama samawi (langit) seperti Yahudi, Nasrani dan Islam . Jadi, puasa bukan pula diperuntukkan hanya kepada umat Islam seperti Yahudi pun melakukan puasa. Para pakar perbandingan agama mendapatkan data bahwa sebelum mengenal agama Samawi, orang-orang Mesir kuno, orang-orang Yunani dan Romawi telah mengenal  puasa. Demikian juga dengan orang-orang Majusi, Budha, Yahudi dan Kristen. Dalam karyanya "al-Fahrasat" Ibnu Nadim menyebutkan bahwa orang-orang Majusi berpuasa tiga puluh hari dalam setahun. Mereka juga melakukan puasa-puasa sunnah yang ditujukan sebagai penghormatan kepada bulan, Mars dan Matahari. Sementara At-Thabari dalam tafsirnya, Jami` al-Bayan, menyebutkan bahwa  seluruh pemeluk agama samawi (ahli kitab) diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan puasa.
2.   Puasa dalam tinjauan kaum filsuf (ahli filsafat) dan sufi  (ahli ilmu tasawuf). bahwa , puasa menurut filsuf yaitu meniru Tuhan misalnya seperti tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan seks . Dan puasa menurut sufi yaitu puasa berbicara, puasa mendengar dan puasa melihat maksudnya disini bahwa bukan berarti tidak bebicara sama sekali, tidak mendengar sama sekali sesuatu ataupun sengaja menutup telinga dengan pakai headset, penutup telinga ataupun  tidak melihat sama sekali maksudnya adalah para sufi tidak melakukan pembicaraan yang tidak penting (gosip), menjauhi pendengaran-pendengaran hal-hal yang berbau keburukan org lain dan tidak melihat hal-hal yang berbau negatif.


3. Puasa dalam tinjauan aspek kemanusiaan (humanis):
 Misalnya Sigmund Freud dengan teori psikoanalisisnya tentang tahap-tahap kepribadian      individu yaitu :
-          Tahap oral : dimulai dari semenjak lahirnya seorang anak yang menguyah sesuatu yang dia pegang.
-          Tahap anal : umur 1-3 tahun yaitu seorang balita mulai mengenal alat produksinya atau biasa disebut alat kemaluan.
-          Tahap phalic : umur 3-5 tahun yaitu seorang anak mulai mengenal atau melihat sesuatu yang lain dari dirinya misalnya seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki sering kepada ibunya untuk digendong dan seorang anak perempuan mulai atau lebih sering kepada ayahnya.
-          Tahap genital : seorang anak dalam masa pubertas (matang) atau pada umumnya berumur 17 tahun  dalam artian bahwa manusia sudah dianggap dewasa dalam tahap ini. Ketika manusia belum bisa sampai kepada tahap genital walaupun sudah mendapatkan masa pubertas tapi belum dapat mengendalikan diri terhadap alat produksinya  maka itu disebut dengan fiksasi (perasaan terikat atau terpusat pd sesuatu secara berlebihan).

Abraham maslow dengan teori piramidanya yaitu :
                                                                                         Source : google
1. Kebutuhan biologis, contohnya:  makanan,        minuman, pakaian, bernafas dll
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, contohnya: bebas dari penjajahan, bebas   dari ancaman dll.
3. Kebutuhan sosial,  misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan penghargaan, misalnya : pujian, piagam, tanda jasa dll.
5.  Kebutuhan Aktualisasi Diri yaitu :
o    Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.
o    Memusatkan diri pada masalah, yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
o   Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
Untuk apa dan siapa kita berpuasa (beribadah)? Kita berpuasa bertujuan untuk pengendalian diri dan untuk diri sendiri bukanlah karena siapa-siapa ataupun bukan karena Tuhan karena Tuhan tidak membutuhkan sesuatu lagi apalagi sebagai seorang manusia . Jadi berpuasalah karena mencintai diri sendiri bukan karena mau masuk surga, takut pada neraka, atau menganggap diri sebagai budak dari Tuhan karena ketika Tuhan memiliki budak berarti Tuhan bukanlah segalanya karena Tuhan mempunyai perantara untuk melakukan terhadap sesuatu dan Tuhan dikatakan Tuhan ketika dia tidak membutuhkan sesuatu karena Dia Maha Segala-Nya. Walaupun melakukan perintahnya adalah konsekuensi atau akibat dari ibadah yang kita lakukan dan surga pun adalah konsekuensi dari pahala yang kita dapatkan tapi kita sebaiknya berharap bukanlah sampai pada tataran itu, semoga kita menjadi pecinta kepada-Nya karena cinta bukanlah menghitung konsep rugi dan untung terhadap sesuatu. 
Maka, cintailah apa yang dicintai Sang Pemilik Cinta. Dan Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang terus meningkatkan kesuciannya setelah Ramadhan, minimal mempertahankan apa yg telah disucikan.



0 komentar: