Popular Posts
-
Ketika Wortley, mengemukakan bahwa : “ Jurisprudence is the knowledge of law in its various forms and manifestations ” ...
-
Suatu wacana yang menarik ketika kita mengkaji filosof dan ilmuwan. Apakah filosof (ahli filsafat ilmu) dan ilmuwan i...
-
Karangan ini saya buat berdasarkan apa yang saya ketahui dan apa yang saya dapatkan di bangku perkuliahan Fakultas Hukum Universitas ...
-
Suatu hal yang menarik ketika kita mengkaji, dengan dibentuknya beberapa komisi-komisi negara seperti Komisi Yudisial, Komisi Pemberantas...
-
Siapakah tokoh yang paling berpengaruh di dunia ini? Mungkin apa yang ada di benak anda sama dengan apa yang saya paparkan. Mungkin mengej...
-
Apa itu Negara dan apa unsur-unsur Negara? Apakah Negara itu perlu bagi suatu wilayah? Darimanakah asal mula Negara itu ada?...
-
Apakah kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau perspektif kita terhadap diri kita bahwa d...
-
Apakah segala bentuk perbuatan atau tindakan warga Negara menjadi terbatas (kaku) dengan adanya suatu aturan hukum, ...
-
Sesuatu yang sesungguhnya adalah ketika sesuatu itu bertemu dengan kemusnahan kecuali Sang Pencipta Sesuatu (Maha Pen...
-
Gagasan mengenai proses pelepasan diri seorang perempuan dari pengekangan hukum yg membatasi kemungkinan untuk berkembang da...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Kategori
- Agama ( 6 )
- Hukum & Sosial ( 13 )
- Logika & Filsafat ( 10 )
- Motivasi ( 5 )
- Puisi ( 2 )
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 25 Juli 2013
sa lalu (orang-orang
terdahulu) ataukah puasa itu merupakan sebuah ibadah? Ataukah puasa dijalankan dikarenakan
ikut-ikutan karena pengaruh dari orang lain? Mungkin kita berpuasa karena
berharap adanya pahala atau sebaliknya karena takut berdosa. Dalam bahasa yang
lebih tegas, sebagian dari kita berpuasa karena takut pada ancaman neraka? Apakah puasa hanya diperuntukkan hanya kepada
orang yang menganut agama Islam? Kenapa kita harus berpuasa? Mengapa kita harus
puasa dan untuk siapa kita berpuasa? Ada berapa puasa berdasarkan aspek
tinjauannya? Mari kita lihat.
Puasa dalam berbagai derivasinya, disebut 13 kali dlm al-qur'an; tetapi kata 'shaum' hanya disebut satu kali: 'shaum' disitu berbeda sama sekali dengan 'shiam', yg merujuk pada puasa seperti yg lazim kita lakukan. Dalam bahas sufistik, 'shaum' mengacu pada tarekat. Satu-satunya kata 'shaum' dalam al qur'an berkaitan dengan kisah seorang perempuan suci yg melahirkan Nabi Isa as., yaitu maryam. Setelah mengalirkan sungai di bawah kaki Maryam dan menjatuhkan kurma yg surga, Tuhan berkata kpd Maryam, yg mengalami rasa sakit krn akan melahirkan anak : "maka makan, minum, dan tenangkan hatimu. Jika
kamu berjumpa dengan manusia, katakan saja : "aku sudah berjanji kpd Tuhan Yang Mahakasih untuk melaksanakan shaum. Aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam:26)
Adapun secara terminologi
(istilah), puasa berasal dari kata ‘shawn’ (bahasa India) adalah menahan
sesuatu pada waktu tertentu oleh orang tertentu dari perkara-perkara spesifik
yang disertai dengan niat. Puasa mempunyai beberapa aspek dalam tinjauannya,
yaitu agama, kaum filosof dan sufi, aspek kemanusiaan (humanis).
1. Puasa dalam tinjauan agama ada 2 yaitu
agama samawi (langit) seperti Yahudi, Nasrani dan Islam . Jadi, puasa bukan
pula diperuntukkan hanya kepada umat Islam seperti Yahudi pun melakukan puasa. Para
pakar perbandingan agama mendapatkan data bahwa sebelum mengenal agama Samawi,
orang-orang Mesir kuno, orang-orang Yunani dan Romawi telah mengenal puasa. Demikian juga dengan orang-orang
Majusi, Budha, Yahudi dan Kristen. Dalam karyanya "al-Fahrasat" Ibnu
Nadim menyebutkan bahwa orang-orang Majusi berpuasa tiga puluh hari dalam
setahun. Mereka juga melakukan puasa-puasa sunnah yang ditujukan sebagai
penghormatan kepada bulan, Mars dan Matahari. Sementara At-Thabari dalam
tafsirnya, Jami` al-Bayan, menyebutkan bahwa
seluruh pemeluk agama samawi (ahli kitab) diwajibkan oleh Allah untuk
melaksanakan puasa.
2. Puasa dalam tinjauan kaum filsuf (ahli
filsafat) dan sufi (ahli ilmu tasawuf).
bahwa , puasa menurut filsuf yaitu meniru Tuhan misalnya seperti tidak makan,
tidak minum dan tidak melakukan seks . Dan puasa menurut sufi yaitu puasa berbicara,
puasa mendengar dan puasa melihat maksudnya disini bahwa bukan berarti tidak
bebicara sama sekali, tidak mendengar sama sekali sesuatu ataupun sengaja
menutup telinga dengan pakai headset, penutup telinga ataupun tidak melihat sama sekali maksudnya adalah para
sufi tidak melakukan pembicaraan yang tidak penting (gosip), menjauhi pendengaran-pendengaran
hal-hal yang berbau keburukan org lain dan tidak melihat hal-hal yang berbau negatif.
3. Puasa dalam tinjauan aspek kemanusiaan
(humanis):
Misalnya Sigmund
Freud dengan teori psikoanalisisnya tentang tahap-tahap kepribadian individu
yaitu :
-
Tahap oral : dimulai dari semenjak lahirnya
seorang anak yang menguyah sesuatu yang dia pegang.
-
Tahap anal : umur 1-3 tahun yaitu seorang balita
mulai mengenal alat produksinya atau biasa disebut alat kemaluan.
-
Tahap phalic : umur 3-5 tahun yaitu seorang anak
mulai mengenal atau melihat sesuatu yang lain dari dirinya misalnya seorang
anak yang berjenis kelamin laki-laki sering kepada ibunya untuk digendong dan
seorang anak perempuan mulai atau lebih sering kepada ayahnya.
-
Tahap genital : seorang anak dalam masa pubertas
(matang) atau pada umumnya berumur 17 tahun dalam artian bahwa manusia sudah dianggap
dewasa dalam tahap ini. Ketika manusia belum bisa sampai kepada tahap genital walaupun
sudah mendapatkan masa pubertas tapi belum dapat mengendalikan diri terhadap
alat produksinya maka itu disebut dengan
fiksasi (perasaan terikat atau terpusat pd sesuatu secara berlebihan).
Abraham maslow dengan teori
piramidanya yaitu :
1. Kebutuhan biologis,
contohnya: makanan, minuman, pakaian, bernafas
dll
2. Kebutuhan keamanan dan
keselamatan, contohnya: bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman dll.
3. Kebutuhan sosial, misalnya adalah : memiliki teman, memiliki
keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan penghargaan, misalnya : pujian, piagam, tanda
jasa dll.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri yaitu :
o
Memusatkan diri pada realitas (reality-centered),
yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih,
bebas dari bias.
o
Memusatkan diri pada masalah, yakni melihat
persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
o Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami,
mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
Untuk apa dan siapa kita berpuasa
(beribadah)? Kita berpuasa bertujuan untuk pengendalian diri dan untuk diri
sendiri bukanlah karena siapa-siapa ataupun bukan karena Tuhan karena Tuhan
tidak membutuhkan sesuatu lagi apalagi sebagai seorang manusia . Jadi
berpuasalah karena mencintai diri sendiri bukan karena mau masuk surga, takut
pada neraka, atau menganggap diri sebagai budak dari Tuhan karena ketika Tuhan
memiliki budak berarti Tuhan bukanlah segalanya karena Tuhan mempunyai
perantara untuk melakukan terhadap sesuatu dan Tuhan dikatakan Tuhan ketika dia
tidak membutuhkan sesuatu karena Dia Maha Segala-Nya. Walaupun melakukan
perintahnya adalah konsekuensi atau akibat dari ibadah yang kita lakukan dan surga
pun adalah konsekuensi dari pahala yang kita dapatkan tapi kita sebaiknya
berharap bukanlah sampai pada tataran itu, semoga kita menjadi pecinta kepada-Nya
karena cinta bukanlah menghitung konsep rugi dan untung terhadap sesuatu.
Maka, cintailah apa yang dicintai Sang Pemilik Cinta. Dan Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang terus meningkatkan kesuciannya setelah Ramadhan, minimal mempertahankan apa yg telah disucikan.
Label:
Agama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar