Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.
Sabtu, 14 September 2013

              Gagasan mengenai proses pelepasan diri seorang perempuan dari pengekangan hukum yg membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju yang berkembang di Indonesia dan memandang perempuan dalam dunia simbolik laki-laki dengan melakukan kompromi sekaligus perlawanan. Yaitu melalui perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan muncul terutama pada novel La Barka (1975) dan aku supiyah istri hardhian (1998). Yang dimana menunjukkan bahwa perbedaan konsepsi antara perempuan dan laki-laki adalah fenomena feminis utama yang muncul dalam era politik orde baru selain dari fenomena feminis lain yang berkembang dan menjadi bagian kesadaran perempuan dalam sistem dunia budaya laki-laki yang berbagai bentuk fenomena cerita dalam novel karya pengarang wanita Indonesia.
               
            Di dalam novel la barka, perbedaan gender begitu jelas khususnya dalam ruang lingkup rumah tangga menjadi kesadaran yang mendalam. Kebebasan yang dijadikan tujuan seksual kembali menjadi sebuah cerita kehidupan yang modern diceritakan melalui tokoh Rina dan Monique. Dalam kutipannya tentang kesadaran wanita tentang adanya perbedaan seksual dalam peradaban modern :
Masyarakat telah memastikan bahwa dunia ini untuk pihak laki-laki. Yang terang, dunia modern yang kukenal dan laki-laki yang haus akan tubuh perempuan daripada sebaliknya. Seorang lelaki memiliki seribu kemungkinan untuk memuaskan diri. Mereka bisa pergi ke pelosok mana pun dan berkesempatan menemukan apa yang mereka butuhkan.
               
          Artinya bahwa, pahamilah posisi perempuan dalam sistem dunia laki-laki! Perspektif tentang seksualitas sering dipertanyakan secara eksistensial (keberadaan) dalam novel-novel karya pengarang wanita Indonesia. Kesadaran perempuan memunculkan semacam solidaritas gender, sebagaimana yang diceritakan melalui tokoh Rina dan Monique dalam menilai suami mereka sebagai representasi laki-laki. Perempuan menyadari adanya substansi perbedaan yang dijustifikasi dalam kehidupan sosial, dimana laki-laki tidak pernah secara penuh dapat menerima kehadiran perempuan sebagai subjek yang setara dalam kehidupan keluarga maupun sosial.
               
            Secara jelas ditegaskan bahwa adanya perbedaan gender dalam lingkungan sosial itu membuat munculnya kesamaan psikologis antara perempuan yang dilakukan melalui tokoh Rani dari Timur, tokoh Monique dan Francine dari Barat. Dalam novel la barka ditegaskan bahwa dalam situasi kehidupan yang modern, masalah yang dihadapi perempuan baik di Timur maupun Barat adalah tekanan psikologis atas adanya diferensiasi (perbedaan) gender, baik dari segi kebebasan yang tidak memiliki batasan yaitu hubungan-hubungan laki-laki dengan wanita. Situasi psikologis tersebut, membuat seorang perempuan lebih dapat menjalin hubungan dengan baik antar sesama perempuan lebih tepatnya kepada kerabatnya daripada dengan laki-laki yang hanya menggunakan ego (kenikmatan), terjadi secara berlebihan “menurut Sigmund freud”meskipun laki-laki itu adalah suaminya.
               
            Di sisi lain, tindakan perempuan selalu mempunyai tanggung jawab besar terhadap rumah tangga mereka yaitu dilema feminis tersebut, ditegaskan bahwa bentuk lain dari perbedaan antara laki-laki dan perempuan sebab hal yang sama tidak menjadi sebuah situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan. Bahkan perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan, disadari oleh perempuan sebagai sesuatu yang menjadi perbedaan gender secara psikologis. Pembedaan diri tersebut, ditegaskan melalui percakapan antara Francine dan Monique :
“kesepian seorang laki-laki lain dari kesepian kita, perempuan,” katanya menambahkan. “kita dapat menahan sampai histeris pun kalau memang benar-benar kita menghendakinya. Seorang laki-laki lain halnya. Apalagi Jean yang belum atau tidak berkeluarga artinya tidak mempunyai tanggung jawab kewajiban rohaniah terhadap seorang perempuan.
              
            Di dalam novel aku supiyah istri hardhian bahwa masalah pendidikan tidaklah menjadi masalah besar yang ditunjukkan dalam novel-novel karya pengarang wanita Indonesia, masih pada substansi perbedaan antara dunia laki-laki dan perempuan yang tidak terselesaikan hanya dengan kesetaraan pendidikan. Dan mencoba mengungkapkan sisi lain yang tidak terselesaikan dalam persoalan perempuan yang memang berbeda dengan laki-laki. Ketegangan antara Supiyah dan Hardian adalah salah satu aspek kesadaran feminis yang mencoba mengurai secara tegas bahwa pendidikan belum mampu membawa banyak perempuan di Indonesia keluar dari perbedaan dengan laki-laki. Terdapat 3 konsep perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki dalam novel aku supiyah istri hardhian : pertama, perempuan masih menggambarkan perasaan sementara laki-laki kuat dan tegar menghadapi perpisahan. Kedua, dalam relasi perasaan, perempuan lebih mengutamakan perasaan cinta sementara laki-laki lebih pada nafsu. Ketiga, kebebasan dipandang sebagai persoalan yang lebih mengikat perempuan daripada laki-laki.
               
            Pelajaran yang dapat diambil dari cerita di atas yaitu terkhusus kepada kaum muslim yang menyadari hakikat dari kehidupannya, akan senantiasa menjaga hati dari tipuan hawa nafsu yang menjerumuskan diri. Hawa nafsu adalah istilah keislaman yang digunakan dalam Al-qur'an dan Sunnah. Yang dimana menjadi istilah dengan arti khas budaya keislaman. Seringnya ditemukan kata hawa nafsu dalam Al-qur'an dan Sunnah. Antara lain, Allah swt berfirman: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.S. Al-Furqon 43).

Dan firman Allah swt: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41)

Begitupun dengan seorang sahabat Rasulullah SAW pernah berkata: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah dua hal, yaitu taat hawa nafsu dan angan-angan panjang”.

0 komentar: