Popular Posts
-
Ketika Wortley, mengemukakan bahwa : “ Jurisprudence is the knowledge of law in its various forms and manifestations ” ...
-
Suatu wacana yang menarik ketika kita mengkaji filosof dan ilmuwan. Apakah filosof (ahli filsafat ilmu) dan ilmuwan i...
-
Karangan ini saya buat berdasarkan apa yang saya ketahui dan apa yang saya dapatkan di bangku perkuliahan Fakultas Hukum Universitas ...
-
Suatu hal yang menarik ketika kita mengkaji, dengan dibentuknya beberapa komisi-komisi negara seperti Komisi Yudisial, Komisi Pemberantas...
-
Siapakah tokoh yang paling berpengaruh di dunia ini? Mungkin apa yang ada di benak anda sama dengan apa yang saya paparkan. Mungkin mengej...
-
Apa itu Negara dan apa unsur-unsur Negara? Apakah Negara itu perlu bagi suatu wilayah? Darimanakah asal mula Negara itu ada?...
-
Apakah kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau perspektif kita terhadap diri kita bahwa d...
-
Apakah segala bentuk perbuatan atau tindakan warga Negara menjadi terbatas (kaku) dengan adanya suatu aturan hukum, ...
-
Sesuatu yang sesungguhnya adalah ketika sesuatu itu bertemu dengan kemusnahan kecuali Sang Pencipta Sesuatu (Maha Pen...
-
Gagasan mengenai proses pelepasan diri seorang perempuan dari pengekangan hukum yg membatasi kemungkinan untuk berkembang da...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
Kategori
- Agama ( 6 )
- Hukum & Sosial ( 13 )
- Logika & Filsafat ( 10 )
- Motivasi ( 5 )
- Puisi ( 2 )
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Sabtu, 14 September 2013
Gagasan mengenai proses pelepasan diri seorang perempuan dari pengekangan hukum yg
membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju yang berkembang di
Indonesia dan memandang perempuan dalam dunia simbolik laki-laki dengan melakukan
kompromi sekaligus perlawanan. Yaitu melalui perbedaan karakter antara
laki-laki dan perempuan muncul terutama pada novel La Barka (1975) dan aku supiyah
istri hardhian (1998). Yang dimana menunjukkan bahwa perbedaan konsepsi
antara perempuan dan laki-laki adalah fenomena feminis utama yang muncul dalam
era politik orde baru selain dari fenomena feminis lain yang berkembang dan menjadi
bagian kesadaran perempuan dalam sistem dunia budaya laki-laki yang berbagai
bentuk fenomena cerita dalam novel karya pengarang wanita Indonesia.
Di dalam
novel la barka, perbedaan gender begitu
jelas khususnya dalam ruang lingkup rumah tangga menjadi kesadaran yang
mendalam. Kebebasan yang dijadikan tujuan seksual kembali menjadi sebuah cerita
kehidupan yang modern diceritakan melalui tokoh Rina dan Monique. Dalam kutipannya
tentang kesadaran wanita tentang adanya perbedaan seksual dalam peradaban
modern :
Masyarakat telah
memastikan bahwa dunia ini untuk pihak laki-laki. Yang terang, dunia modern
yang kukenal dan laki-laki yang haus akan tubuh perempuan daripada sebaliknya. Seorang
lelaki memiliki seribu kemungkinan untuk memuaskan diri. Mereka bisa pergi ke
pelosok mana pun dan berkesempatan menemukan apa yang mereka butuhkan.
Artinya
bahwa, pahamilah posisi perempuan dalam sistem dunia laki-laki! Perspektif
tentang seksualitas sering dipertanyakan secara eksistensial (keberadaan) dalam
novel-novel karya pengarang wanita Indonesia. Kesadaran perempuan memunculkan
semacam solidaritas gender, sebagaimana yang diceritakan melalui tokoh Rina dan
Monique dalam menilai suami mereka sebagai representasi laki-laki. Perempuan menyadari
adanya substansi perbedaan yang dijustifikasi dalam kehidupan sosial, dimana
laki-laki tidak pernah secara penuh dapat menerima kehadiran perempuan sebagai
subjek yang setara dalam kehidupan keluarga maupun sosial.
Secara jelas ditegaskan bahwa
adanya perbedaan gender dalam lingkungan sosial itu membuat munculnya kesamaan
psikologis antara perempuan yang dilakukan melalui tokoh Rani dari Timur, tokoh
Monique dan Francine dari Barat. Dalam novel la barka ditegaskan bahwa dalam situasi kehidupan yang modern,
masalah yang dihadapi perempuan baik di Timur maupun Barat adalah tekanan
psikologis atas adanya diferensiasi (perbedaan) gender, baik dari segi
kebebasan yang tidak memiliki batasan yaitu hubungan-hubungan laki-laki dengan
wanita. Situasi psikologis tersebut, membuat seorang perempuan lebih dapat
menjalin hubungan dengan baik antar sesama perempuan lebih tepatnya kepada
kerabatnya daripada dengan laki-laki yang hanya menggunakan ego (kenikmatan),
terjadi secara berlebihan “menurut Sigmund freud”meskipun laki-laki itu adalah
suaminya.
Di sisi
lain, tindakan perempuan selalu mempunyai tanggung jawab besar terhadap rumah
tangga mereka yaitu dilema feminis tersebut, ditegaskan bahwa bentuk lain dari
perbedaan antara laki-laki dan perempuan sebab hal yang sama tidak menjadi
sebuah situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua
kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan. Bahkan perbedaan
psikologis antara laki-laki dan perempuan, disadari oleh perempuan sebagai
sesuatu yang menjadi perbedaan gender secara psikologis. Pembedaan diri
tersebut, ditegaskan melalui percakapan antara Francine dan Monique :
“kesepian seorang
laki-laki lain dari kesepian kita, perempuan,” katanya menambahkan. “kita
dapat menahan sampai histeris pun kalau memang benar-benar kita menghendakinya.
Seorang laki-laki lain halnya. Apalagi Jean yang belum atau tidak berkeluarga
artinya tidak mempunyai tanggung jawab kewajiban rohaniah terhadap seorang
perempuan.
Di dalam
novel aku supiyah istri hardhian bahwa
masalah pendidikan tidaklah menjadi masalah besar yang ditunjukkan dalam
novel-novel karya pengarang wanita Indonesia, masih pada substansi perbedaan antara
dunia laki-laki dan perempuan yang tidak terselesaikan hanya dengan kesetaraan
pendidikan. Dan mencoba mengungkapkan sisi lain yang tidak terselesaikan dalam
persoalan perempuan yang memang berbeda dengan laki-laki. Ketegangan antara
Supiyah dan Hardian adalah salah satu aspek kesadaran feminis yang mencoba mengurai
secara tegas bahwa pendidikan belum mampu membawa
banyak perempuan di Indonesia keluar dari perbedaan dengan laki-laki. Terdapat 3
konsep perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki dalam novel aku supiyah istri hardhian : pertama,
perempuan masih menggambarkan perasaan sementara laki-laki kuat dan tegar
menghadapi perpisahan. Kedua, dalam relasi perasaan, perempuan lebih
mengutamakan perasaan cinta sementara laki-laki lebih pada nafsu. Ketiga,
kebebasan dipandang sebagai persoalan yang lebih mengikat perempuan daripada
laki-laki.
Pelajaran yang dapat diambil dari cerita di atas yaitu terkhusus
kepada kaum muslim yang menyadari hakikat dari kehidupannya, akan senantiasa
menjaga hati dari tipuan hawa nafsu yang menjerumuskan diri. Hawa nafsu adalah
istilah keislaman yang digunakan dalam Al-qur'an dan Sunnah. Yang dimana menjadi
istilah dengan arti khas budaya keislaman. Seringnya ditemukan kata hawa nafsu
dalam Al-qur'an dan Sunnah. Antara lain, Allah swt berfirman: “Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, maka
apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.S. Al-Furqon 43).
Dan firman Allah swt: “Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41)
Begitupun dengan seorang sahabat Rasulullah SAW pernah berkata: “Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah dua hal, yaitu taat hawa nafsu dan
angan-angan panjang”.
Label:
Agama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar