Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 29 Juli 2013


      Apakah kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau perspektif kita terhadap diri kita bahwa diri ini budak?atau pedagang?ataukah pecinta? Kapankah kita bisa mengambil tolak ukur bahwa kita ini budak, pedagang ataukah pecinta di dalam beragama? Kenapa manusia dalam cara beribadahnya dibagi menjadi 3 kategori? Seperti apa itu budak, pedagang dan pecinta?mari kita simak !

      Hidup memang tidaklah terlepas dari pilihan dan tidak terlepas diantara-Nya. Merujuk kepada data-data teologis bahwa kesempurnaan yang hakiki, mutlak dan tidak terbatas adalah Tuhan (QS. 22:64). Dialah Zat yang Maha Esa, Maha Kaya, dan Pemurah wujud kepada makhluk-Nya (QS. 35:15) Dialah Rabbiul ‘alamin. Maha Pengatur, Maha Pemelihara, Pemilik Mutlak, Penguasa dan Pemerintah Mutlak. Maka, perjumpaan dengan Tuhan adalah kesempurnaan terbesar manusia (QS. 53:42 – QS. 84:6). Berdasarkan subjektifitas manusia, bahwa manusia cenderung mencintai diri sendiri (merawat) karena mencintai diri sendiri adalah naluri induk bagi kecenderungan dan tendensi batin lainnya.  Naluri ini tidak pernah puas dengan nikmat keterbatasannya  (QS. 70:19-21). Tuntunannya semakin menjadi 7 maksudnya adalah hingga menembus langit-langit keterbatasan (bukan 7 langit yang kita konsepsikan menjadi 7 di alam khayal kita). Dan perjumpaan menuju kesempurnaan itu tidak lain adalah kepuasaan terbesar bagi naluri cinta terhadap diri sendiri.

     Ditegaskan bahwa iman itu berderajat atau mempunyai tingkatan. Derajat minimal iman adalah menerima kepuasan kalbu bahwa “La ilaha illallah” tidak ada Tuhan selain Allah adalah kalimat Tauhid yang mencakup keyakinan kita terhadap Tuhan sebagai Rabbiul alamin. Imam Ali, mengumpamakan orang pertama itu budak dan orang kedua itu dengan pedagang serta yang ketiga dengan pecinta. Inilah tangga-tangga iman, yaitu makna takut, harap dan cinta :
1.       Seseorang yg mengimani Tuhan dan menganggap bahwa manusia(ciptaan-Nya) itu budak dan akan menundukkan diri di hadapan-Nya dengan motivasi takut dari segala takut dan khawatir dari segala khawatir atau dengan kata lain ibadah (shalat, puasa, zakat, dll) adalah perintah-Nya.
2.       Seseorang yang mengimani Tuhan dan menganggap bahwa segala perlakuan atau wujud peribadatan kita (mengharapkan) surga dan takut neraka-Nya. Nilai keimanannya jelas berbeda dari nomor 1. Sesuai dengan lagunya chrisye ft. ahmad dhani “jika surga dan neraka tak pernah ada?masihkah kau bersujud kepada-Nya?”
3.       Seseorang yang mengimani Tuhan dan menganggap bahwa segala segala bentuk perlakuan atau ibadahku adalah kecintaan terhadap sang Pencipta yaitu tidak lagi memikirkan siksa atau pahala, surga dan neraka. Dan nilai keimanannya tentu berbeda dengan nomor 1 dan 2. Dan sesuai pula dengan lagunya dewa (satu) “aku ini adalah diri-MU, jiwa ini adalah jiwa-Mu, tak ada yang lain selain diri-Mu Yang selalu kupuja”.

      Mungkin anda masih mempertanyakan, kenapa seperti itu?maksudnya apa? Tentulah kita ini mau menjadi pecinta bagi Sang Pemilik Cinta ini karena hanya Dialah yang pantas untuk dicinta (objektif). Dan kecintaan terhadap sesama manusia itu (subjektif). Bukan berarti ibadah itu bukan perintah-Nya , dan bukan berarti ketika kita melakukan ibadah terhadap-Nya tidak mendapatkan surga akan tetapi itu adalah konsekuensi kita terhadap Sang Pencipta karena Tuhan tidak butuh lagi apapun karena Dia Maha Segala-Nya dan Sempurna. Jadi wujud peribadatan kita yaitu bentuk pengucapan terima kasih terhadap Sang Pencipta dalam artian bahwa kita bersyukur atas Nikmat-Nya. Sekali lagi kita ini bukan budak baginya karena ketika Tuhan mempunyai budak berarti ada sesuatu yang dilakukannya itu butuh yang lain (kerajaan) sementara Tuhan adalah Maha Segala-Nya dan Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya dikarenakan kecintaannya, contoh kecil : anda membaca ini tulisan apakah ini kemauan Tuhan ataukah kemauan anda sendiri? tentu karena diri sendiri berarti Tuhan tidak pernah memperbudak kita karena Tuhan Maha Penyayang bukan berarti ada yang terlepas darinya tapi itu adalah pilihan anda dan sudah ketentuan Tuhan ketika anda membuka website (aturannya).

      Manakah tindakan yang mendekatkan kita terhadap-Nya? Tidak ragu lagi bahwa akal dengan tegas menunjukkan atau menimbang tindakan yang bernilai baik yaitu bentuk kerja sama terhadap diri yang dibantu oleh indera (5 alat) pada manusia karena akal adalah pencapaian kesempurnaan manusia dan menjadi beda terhadap binatang dan untuk menemukan tindakan yang benar-benar baik yang mengarahkan manusia kepada tujuannya. Akal tidak untuk menebarkan perselisihan-perselisihan dari hasilnya kalaupun sampai tataran hawa nafsu tentulah kita tidak dapat dikatakan manusia. Apa bedanya dengan binatang? Satu hal yang perlu kita tahu bahwa empiris dan akal manusia itu terbatas (terlalu lemah) untuk menyelidiki atau menganalisis sesuatu yaitu seluruh efek material dan ma’nawi itu serta dampak duniawi dan ukhrawi, individual dan sosial bagi seluruh kehidupan kita ini dari seluruh tindakan sengaja. Dalam mengatasi kekurangan dan keterbatasannya,  akal membutuhkan uluran tangan Dzat Yang Maha Tahu, Maha Adil dan Maha Bijaksana. Aantum a’lamu amillah. ‘kalian lebih tahu ataukah kami?’ di sini agama hadir di tengah kehidupan kita. Agama bukanlah lawan dari akal tapi akal hadir sebagai pelengkap dalam agama (menganalisis sesuatu). Dan barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhan!

Sabtu, 27 Juli 2013
     Manakah yang lebih berpengaruh terhadap pribadi mahasiswa?kuliah hanya sekedar kuliah ataukah dengan mendapatkan IP/IPK yang tinggi ataukah kuliah dengan berorganisasi? Mungkin pertanyaan seperti “IP/IPK tinggi ataukah memiliki organisasi mahasiswa” mana yang lebih berguna? menjadi kegalauan untuk kalangan mahasiswa pada umumnya. Karena di satu sisi, umumnya beberapa mahasiswa berpikir bahwa kalau memiliki organisasi itu justru membuat kuliah kita terganggu atau tidak fokus atau mungkin saja takutnya larut dalam keorganisasian. Yaitu IP/IPK tinggi tanpa bekal organisasi atau organisasi tanpa bekal IP/IPK yang tinggi ?
               
    Hidup memanglah pilihan. Dan mahasiswa adalah insan akademis, pencipta, pengabdi dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur. Dan yang menentukan nasib atau masa depan adalah diri kita sendiri utamanya seperti kita ini sebagai mahasiswa.  Banyak hal yang harusnya dipertimbangkan dalam menghadapi realita seperti ini. Pada dasarnya, keduanya memiliki peran penting bagi kita ini (mahasiswa). Dapat dikatakan keduanya saling bergantung, mendukung dan melengkapi terhadap diri sendiri. Namun terlepas dari masalah ketergantungan, dukung-mendukung dan lengkap-melengkapi. Kita sebagai mahasiswa calon penentu masa hidup kita sendiri, haruslah mampu menentukan prioritas utama guna mencapai kualitas hidup di atas rata-rata atau masa depan yang baik dengan kata lain menggapai cita-cita. Pernyataan ini mungkinkah terdengar egois, mengapa kita hanya menentukan masa depan hidup kita sendiri tanpa memikirkan cara mengkualitaskan hidup Negara? utamanya Negara kita yang terkenal akan korupsinya (Indonesia) ! Saya kira terlalu jauh dan abstrak bila kita memikirkan cara peningkatan kualitas Negara Indonesia sedangkan masa depan kita sendiri belum terarah dan terstruktur dengan baik.

  Lalu, mana yang harus diprioritaskan oleh mahasiswa untuk mencapai hidup berkualitas? IP/IPK tinggi sebagai prioritas utama? atau ilmu organisasilah yang harus didalami? Kebanyakan Mahasiswa pengejar nilai akan memilih memprioritaskan IPK tinggi, biasa dijadikan sebagai alat pamer level kepandaian seseorang. Tapi apalah arti "IP/IPK tinggi" jika diperoleh dengan segala bentuk kecurangan misalnya (Nyontek, plagiat, manipulasi dan dikarenakan akrab dengan dosen/tetangga dosen).  Namun, tidak sedikit mahasiswa yang mengejar IP/IPK tinggi dengan menjunjung tinggi penguasaan dan penyerapan ilmu-ilmu dalam setiap mata kuliah yang diambilnya tanpa menggunakan cara instant. Jadi, tak seharusnya kita khawatir akan pencapaian nilai IP atau IPK bila ilmu sudah digenggam tangan. Dan tak dapat dipungkiri juga bahwa ketentuan IP/IPK tinggi adalah momok kegagalan sebagian mahasiswa untuk dapat berbicara (khususnya fakultas Hukum) atau membagi ilmu pengetahuan berdasarkan disiplin ilmunya. 

    Demikian juga dengan organisasi mahasiswa yang tak diragukan lagi sebagai salah satu penyebar efek-efek negatif terhadap mahasiswa. Disini kita akan dihadapkan dengan dua pilihan: "mengambil ilmu-ilmu yang ada di organisasi tersebut untuk pembentukan karakter?" atau "sekedar kuliah?" Apa sebenarnya makna dari pilihan kedua?

     Biasanya kita akan mulai menyepelekan tugas utama sebagai mahasiswa. Dari sinilah kehancuran dan kebinasaan cita-cita. Kita biasa memulainya dari jarangnya hadir dalam kelas, kalaupun hadir mahasiswa akan terjangkit penyakit  malas belajar atau pengaruh dosen yang karenanya membosankan cara mengajarnya. Nah, disinilah organisasi hadir untuk menjawab kegelisahan seperti itu, dalam artian bahwa di dalam suatu organisasi utamanya organisasi yang fokus di bidang pengkaderan  atau aktif mengadakan kegiatan-kegiatan diskusi ataupun kajian yang membuat kita terbiasa untuk hal seperti itu. Dan menurut saya, kalau kuliah sekedar kuliah bagai taman yang indah untuk dilihat sekejap dan bila membandingkan atau melihat taman yang satunya dilengkapi bunga pastilah kita lebih senang melihat taman yang dilengkapi bunga itu. Jadi kulliah tanpa organisasi yah bagai taman tak berbunga. Dan orang-orang pada umumnya lahir dari sebuah organisasi walaupun sy sendiri masih mahasiswa tp setidaknya kita bisalah melihat realitasnya misalnya Jusuf Kalla, Amien Rais, Akbar Tanjung, Fahmi Idris, Mahadi Sinambela, Ferry Mursyidan Baldan, Hidayat Nur Wahid (Gusdur), Marwah Daud Ibrahim, Munir SH, Adyaksa Dault, Abdullah Hemahua, Yusril Ihza Mahendra, Syaifullah Yusuf, Bursah Jarnubi, Hamid Awwaluddin, Jimly Asshiddiqie, Anas Urbaningrum, dan masih banyak lagi. Dia menjadi tokoh besar dikarenakan pernah berorganisasi.

     Satu hal yang terpenting dalam kasus ini adalah kembali kepada individu masing-masing. Apa tujuan akhir anda setelah sarjana? sebelumnya hanya sekedar kuliah atau bahkan kedua-duanya? Menurut saya :
  1. Jika anda merasa memiliki, tetapi merasa mampu berorganisasi, maka dalamilah ilmu organisasi sebagai bekal hidup bersosial.
  2. Tetapi jika anda merasa memiliki maka fokuslah pada penyerapan ilmu atau materi-materi kuliah untuk mencapai IPK Tinggi. Dan saya yakin ilmu yang diajarkan dari dosen tidak semuanya akan diberikan dan organisasi hadir menjawab itu maukah itu diskusi bersama senior ataukah teman organisasi dsb.
  3. Dan jika merasa bisa kedua-duanya, maka jalankan keduanya dengan serasi dan selaras tanpa menjatuhkan  atau menyepelekan salah satu darinya.
 Pada dasarnya, antara IPK tinggi dengan organisasi mahasiswa memiliki keterkaitan dan ketergantungan. IP/IPK tinggi tanpa diimbangi organisasi dan organisasi tanpa dibekali IP/IPK Tinggi akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kerja kedepannya.saya yakin akan hal itu :).

      Mungkin pembaca mengatakan bahwa penulis terlalu banyak berkata-kata. Tapi dengan keterbatasan saya dan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan setidaknya dengan berbagai pertimbangan seperti itu mudah-mudahan bisa mengantarkan kita kepada masa depan yang lebih cerah. Akhir kata saya mengatakan : Orang yang pernah berorganisasi hidupnya tak akan buta.
Jumat, 26 Juli 2013


           Mungkinkah melakukan perubahan sosial tanpa upaya pelurusan kesalahan berfikir?mustahil ada perubahan ke arah yang benar kalau kesalahan berfikir masih menjebak dalam benak kita. Pengacauan intelektual yang masif dan intensif pada masa orde baru(bahkan sampai kini), merupakan hambatan terbesar dalam upaya melakukan rekayasa sosial. Dalam setiap transformasi sosial yang terjadi dimasyarakat dibutuhkan seorang pemikir yang dapat menggerakkannya. Para pemikir yang mempunyai idea masing-masing tidak hanya mampu melontarkan ide-ide bagi transformasi juga mampu mensosialisasikan buah pikirannya tersebut kepada masyarakat. Sebagai mahasiswa yang mengklaim diri sebagai kaum intetelektual sepantasnya untuk berfikir bagaimana melakukan transformasi diri serta transformasi sosial menuju ke arah yang jauh lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut kita sepantasnya menghindari berbagai kesalahan berfikir yang mengakibatkan gagalnya kita dalam berfikir. Berikut kesalahan berfikir tersebut :

 1.Fallacy of Dramatic Instance berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan apa yang dikenal dengan over-generalisation. Yaitu, penggunaan satu-dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. Kerancuan berfikir semacam ini banyak terjadi dalam berbagai sosial.  Misalnya :
*Andi adalah mahasiswa Unhas
  Ando adalah mahasiswa Unhas
  Ando adalah mahasiswa yang cerdas
  Jadi, Andi juga mahasiswa yang cerdas
  (karena keduanya mahasiswa Unhas)*
Kadang-kadang, overgeneralisasi terjadi dalam pemikiran kita saat memandang seseorang, sesuatu atau tempat. Padahal, orang itu selalu berubah sehingga hal yang sama tidak bisa kita terapkan pada orang yang sama terus-menerus dan selama-lamanya.

 2. Fallacy of Retrospective Determinism adalah menjelaskan sebagai kebiasaan orang yang menganggap masalah sosial yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Cara berpikir ini selalu mengacu pada “kembali ke belakang” atau “historis”. Atau secara jelasnya disebutkan sebagai upaya kembali pada sesuatu yang seakan-akan sudah ditentukan dalam sejarah masa lalu.
Misalnya, ada suatu masalah sosial yang bernama korupsi di Indonesia. Sebagai orang yang mengatakan : “mengapa  korupsi itu harus diberhentikan sepanjang sejarah korupsi di Indonesia itu ada dan tidak bisa dibasmi. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan bukan untuk menghilangkan korupsi di Indonesia, melainkan meminimalisir korupsi agar terhindar dari dampak-dampak yang tidak diinginkan. Karena, sekali lagi, korupsi itu sudah ada sepanjang sejarah.”
 3. Post Hoc Ergo Propter Hoc dari bahasa latin : post artinya sesudah, hoc artinya demikian; ergo artinya karena itu : propter artinya disebabkan : dan hoc artinya demikian. Singkatnya sesudah itu- karena itu- oleh sebab itu. Jadi,bila ada peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka dapat dinyatakan bahwa yang pertama adalah sebab dari yang kedua. Sebagai contoh, ada seorang mahasiswa yang lebih suka dengan bajunya yg berwarna merah dibanding bajunya yang lain hanya karena ketika baju warna merah itu dipakai selalu nilainya  tinggi pada saat final (IP di atas rata-rata) atau IP nya tinggi apabila dia memakai baju yg berwana merah itu. Dulu, waktu dia tidak pernah memakai baju warna merah itu nilai mata kuliahnya (IP) selalu rendah. dan salah satu temannya berkata:  “kalau anda memakai itu baju warna merah selalu mendapatkan nilai IP di atas rata-rata. Dulu, waktu sebelum atau tidak memakai baju yang berwarna merah itu. nilaimu selalu di bawah rata-rata. Nah, baju yang berwana merah itu dikatakan baju yang membawa keberuntungan bila dipakai saat final (baju andalan).

 4. Fallacy of Misplaced Concretness berarti salah letak. Maksudnya adalah kesalahan berpikir yang muncul karena kita mengkonkretkan sesuatu yang sebenarnya adalah abstrak. Atau dapat dikatakan sebagai menganggap real sesuatu yang sebetulnya hanya ada dalam pikiran kita. Misalnya mengapa orang Islam secara ekonomi dan politik lemah?mengapa kita tidak bisa menjalankan syariat Islam dengan baik?lalu ada orang menjawab : “kita hancur karena kita berapa pada satu sistem jahiliyah. Kita hancur karena ada thaghut itu adalah dua hal dua hal yang abstrak sehingga jika jawabannya seperti itu, lalu apa yang bisa dilakukan?kita harus mengubah system! Tetapi, “siapa” system itu? System yang abstrak itu kita pandang sebagai sesuatu yang konkret.

 5. Argumentum ad Verecundiam ialah berargumen dengan menggunakan otoritas, walaupun otoritas itu tidak relevan atau ambigu. Ada beberapa orang yang menggunakan otoritas untuk membela paham dan kepentingannya sendiri.dengan mengutuip suatu peristiwa dalam sirah (perjalanan) Nabi, dia membenarkan paham dan kepentingannya sendiri. Padahal, peristiwa yang dikutipkannya itu belum tentu relevan dengan masalah atau tema yang sedang diperbincangkan.

 6. Fallacy of Composition adalah dugaan bahwa terapi yang berhasil untuk satu orang pasti juga berhasil untuk semua orang. Sebagai contoh, di suatu kampung ada yang memelihara ayam. Ayam petelur negeri itu berhasil mendatangkan uang banyak bagi pemiliknya. Melihat itu, dengan serta-merta penduduk kampung menjual sawahnya untuk dijadikan modal bisnis ayam petelur. Akibatnya, semua penduduk kampung itu bangkrut lantaran merosotnya permintaan dan membanjirnya pasokan barang.

 7. Circular Reasoning artinya pemikiran yang berputar-putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semula. Misalnya perdebatan tentang rendahnya prestasi intelektual umat Islam di Indonesia. Orang pertama membuktikan konklusi tersebut dengan membandingkan persentase mahasiswa Islam dan non-Islam pada program S2 dan S3. Haslnya, makin tinggi tingkat pendidikan, makin menurun trend kehadiran orang Islam di dalamnya. Padahal, di tingkat sekolah dasar, persentase sis Muslim adalah 95%. Kesimpulannya, umat Islam di Indonesia menduduki posisi intelektual yang rendah. Lalu, orang kedua menyatakan bahwa hal ini terjadi lantaran orang-orang Islam diperlakukan tidak sederajat dengan orang-orang non Islam. Jadi, ada perlakuan diskriminatif terhadap orang-orang Islam. Sampai-sampai , orang-orang Islam serng dicoret dari program-program pendidikan tinggi. Orang pertama menjawab lagi, “orang Islam itu dicoret karena orang meragukan kemampuann intelektualnya. “Dengan jawaban ini, kita kembali pada pokok masalah. Akhirnya, perdebatan itu terus-menerus berputar di sekitar itu.  



referensi : rekayasa sosial - Jalaluddin Rakhmat 
Kamis, 25 Juli 2013
sa lalu (orang-orang terdahulu) ataukah puasa itu merupakan sebuah ibadah?  Ataukah puasa dijalankan dikarenakan ikut-ikutan karena pengaruh dari orang lain? Mungkin kita berpuasa karena berharap adanya pahala atau sebaliknya karena takut berdosa. Dalam bahasa yang lebih tegas, sebagian dari kita berpuasa karena takut pada ancaman neraka?  Apakah puasa hanya diperuntukkan hanya kepada orang yang menganut agama Islam? Kenapa kita harus berpuasa? Mengapa kita harus puasa dan untuk siapa kita berpuasa? Ada berapa puasa berdasarkan aspek tinjauannya? Mari kita lihat.
                Puasa dalam berbagai derivasinya, disebut 13 kali dlm al-qur'an; tetapi kata 'shaum' hanya disebut satu kali: 'shaum' disitu berbeda sama sekali dengan 'shiam', yg merujuk pada puasa seperti yg lazim kita lakukan. Dalam bahas sufistik, 'shaum' mengacu pada tarekat. Satu-satunya kata 'shaum' dalam al qur'an berkaitan dengan kisah seorang perempuan suci yg melahirkan Nabi Isa as., yaitu maryam. Setelah mengalirkan sungai di bawah kaki Maryam dan menjatuhkan kurma yg surga, Tuhan berkata kpd Maryam, yg mengalami rasa sakit krn akan melahirkan anak : "maka makan, minum, dan tenangkan hatimu. Jika kamu berjumpa dengan manusia, katakan saja :  "aku sudah berjanji kpd Tuhan Yang Mahakasih untuk melaksanakan shaum. Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam:26)
Adapun secara terminologi (istilah), puasa berasal dari kata ‘shawn’ (bahasa India) adalah menahan sesuatu pada waktu tertentu oleh orang tertentu dari perkara-perkara spesifik yang disertai dengan niat. Puasa mempunyai beberapa aspek dalam tinjauannya, yaitu agama, kaum filosof dan sufi, aspek kemanusiaan (humanis).
1.  Puasa dalam tinjauan agama ada 2 yaitu agama samawi (langit) seperti Yahudi, Nasrani dan Islam . Jadi, puasa bukan pula diperuntukkan hanya kepada umat Islam seperti Yahudi pun melakukan puasa. Para pakar perbandingan agama mendapatkan data bahwa sebelum mengenal agama Samawi, orang-orang Mesir kuno, orang-orang Yunani dan Romawi telah mengenal  puasa. Demikian juga dengan orang-orang Majusi, Budha, Yahudi dan Kristen. Dalam karyanya "al-Fahrasat" Ibnu Nadim menyebutkan bahwa orang-orang Majusi berpuasa tiga puluh hari dalam setahun. Mereka juga melakukan puasa-puasa sunnah yang ditujukan sebagai penghormatan kepada bulan, Mars dan Matahari. Sementara At-Thabari dalam tafsirnya, Jami` al-Bayan, menyebutkan bahwa  seluruh pemeluk agama samawi (ahli kitab) diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan puasa.
2.   Puasa dalam tinjauan kaum filsuf (ahli filsafat) dan sufi  (ahli ilmu tasawuf). bahwa , puasa menurut filsuf yaitu meniru Tuhan misalnya seperti tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan seks . Dan puasa menurut sufi yaitu puasa berbicara, puasa mendengar dan puasa melihat maksudnya disini bahwa bukan berarti tidak bebicara sama sekali, tidak mendengar sama sekali sesuatu ataupun sengaja menutup telinga dengan pakai headset, penutup telinga ataupun  tidak melihat sama sekali maksudnya adalah para sufi tidak melakukan pembicaraan yang tidak penting (gosip), menjauhi pendengaran-pendengaran hal-hal yang berbau keburukan org lain dan tidak melihat hal-hal yang berbau negatif.


3. Puasa dalam tinjauan aspek kemanusiaan (humanis):
 Misalnya Sigmund Freud dengan teori psikoanalisisnya tentang tahap-tahap kepribadian      individu yaitu :
-          Tahap oral : dimulai dari semenjak lahirnya seorang anak yang menguyah sesuatu yang dia pegang.
-          Tahap anal : umur 1-3 tahun yaitu seorang balita mulai mengenal alat produksinya atau biasa disebut alat kemaluan.
-          Tahap phalic : umur 3-5 tahun yaitu seorang anak mulai mengenal atau melihat sesuatu yang lain dari dirinya misalnya seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki sering kepada ibunya untuk digendong dan seorang anak perempuan mulai atau lebih sering kepada ayahnya.
-          Tahap genital : seorang anak dalam masa pubertas (matang) atau pada umumnya berumur 17 tahun  dalam artian bahwa manusia sudah dianggap dewasa dalam tahap ini. Ketika manusia belum bisa sampai kepada tahap genital walaupun sudah mendapatkan masa pubertas tapi belum dapat mengendalikan diri terhadap alat produksinya  maka itu disebut dengan fiksasi (perasaan terikat atau terpusat pd sesuatu secara berlebihan).

Abraham maslow dengan teori piramidanya yaitu :
                                                                                         Source : google
1. Kebutuhan biologis, contohnya:  makanan,        minuman, pakaian, bernafas dll
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, contohnya: bebas dari penjajahan, bebas   dari ancaman dll.
3. Kebutuhan sosial,  misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan penghargaan, misalnya : pujian, piagam, tanda jasa dll.
5.  Kebutuhan Aktualisasi Diri yaitu :
o    Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.
o    Memusatkan diri pada masalah, yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
o   Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
Untuk apa dan siapa kita berpuasa (beribadah)? Kita berpuasa bertujuan untuk pengendalian diri dan untuk diri sendiri bukanlah karena siapa-siapa ataupun bukan karena Tuhan karena Tuhan tidak membutuhkan sesuatu lagi apalagi sebagai seorang manusia . Jadi berpuasalah karena mencintai diri sendiri bukan karena mau masuk surga, takut pada neraka, atau menganggap diri sebagai budak dari Tuhan karena ketika Tuhan memiliki budak berarti Tuhan bukanlah segalanya karena Tuhan mempunyai perantara untuk melakukan terhadap sesuatu dan Tuhan dikatakan Tuhan ketika dia tidak membutuhkan sesuatu karena Dia Maha Segala-Nya. Walaupun melakukan perintahnya adalah konsekuensi atau akibat dari ibadah yang kita lakukan dan surga pun adalah konsekuensi dari pahala yang kita dapatkan tapi kita sebaiknya berharap bukanlah sampai pada tataran itu, semoga kita menjadi pecinta kepada-Nya karena cinta bukanlah menghitung konsep rugi dan untung terhadap sesuatu. 
Maka, cintailah apa yang dicintai Sang Pemilik Cinta. Dan Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang terus meningkatkan kesuciannya setelah Ramadhan, minimal mempertahankan apa yg telah disucikan.



Selasa, 23 Juli 2013
          Apakah perbedaan antara rahasia dengan cinta, ataukah sama? Dimanakah perlakuan cinta itu sendiri ataukah sekedar persoalan hati ?bagaimana kita dapat mengungkapkan rahasia cinta? Kapankah makna cinta teragung dapat kita temukan? Kenapa cinta hadir dalam sisi yang penuh daya tolak menolak? Dengan segala keterbatasan, saya akan membahas tentang rahasia cinta dengan penuh kecintaan terhadap apa yang saya ungkapkan dalam tulisan ini.

        Definisi dari rahasia cinta adalah rahasia yang takkan terkatakan dalam artian bahwa sebuah nama yang sejak pada ejaan huruf pertamanya tidak dapat dikatakan karena tidak ada cara yang tepat untuk kita terjemahkan artinya. Maksudnya disini, segalanya tertutup untuk diungkapkan dan selalu ada kabut yang menutupi kesadaran kita dari nama tersebut. Mengungkapkan rahasia cinta sejauh yang kita temukan adalah sebuah kesadaran berkabut dan sejauh yang kita harapkan dapat mengatakan sesuatu tentang cinta, sesuatu itu hanyalah kisah-kisah yang ada di luar cinta. Tidak ada yang dapat dikisahkan dari sebuah rahasia, karena dari apa yang kita pahami memang tidak ada yang dapat kita katakan.

   Tak ada seorang pun yang dapat eksis dalam sebuah ruang rahasia. Rahasia berarti sesuatu yang takkan terungkapkan, tak mungkin dikomunikasikan. Bahkan sebuah rahasia menjadi rahasia (tidak berubah-ubah) meskipun tidak dirahasiakan. Maka sebuah rahasia mempunyai kekuatan dan kekuasaan tersendiri. Seorang lelaki hanya mungkin memecahkan rahasia hati seorang wanita yang dicintainya dengan jalan menciptakan dirinya sebagai sebuah rahasia yang lain bagi sang wanita. Sebuah teka-teki hanya mungkin digoda dengan sebuah teka-teki yang lain. Rahasia bisa berbicara, tetapi tidak tentang dirinya. Rahasia hanya akan berbicara dengan bahasa teka-teki yaitu hanya bergerak dalam sirkulasi antara tanda teka-teki menuju tanda teka-teki lain.

    Kita mengenal Nabi Adam A.S dan Hawa yaitu sebuah pertemuan cinta sepasang kekasih yang menjadi awal mula kehidupan bukan (manusia purba, teori Charles Darwin).  Kita juga mengenal Romeo dan Juliet, sepasang kekasih dengan cinta sejati. Kita pun mengenal seseorang dalam keluarga kita yang menjadi visualisasi cinta. Tapi, pantaskah jika seseorang berteriak bahwa “Cinta telah ditemukan!, cinta telah dikisahkan, cinta telah dituliskan pada berbagai lembar catatan (contohnya ; surat cinta)”. Itu semua, bukan berarti bahwa rahasia cinta telah dibicarakan artinya tidak dapat dikhianati dalam bentuk apapun seperti halnya takkan ada yang pernah puas dengan penjelasan cinta dari siapapun. Maka cinta selalu menggoda manusia untuk menemukan rahasianya. Rahasia yang menjebak siapapun dalam sebuah enigma (misterius) teka-teki. Siapapun yang masuk dalam enigma (misterius) rahasia cinta, maka dia akan tetap dalam rahasia itu dan akan menikmati kesenangan rahasia itu. Jika ia mengatakan sesuatu untuk mengkhianati rahasia cinta. Dan mengatakan sesuatu wacana tentang cinta yang menggoda. Jika seseorang menuliskan, mengatakan, menjelaskan, mengungkapkan tentang apa itu cinta dan bagaimana ia berada dalam rahasia cinta, maka semua kata-katanya hanya akan menjelma (wujud) menjadi sebuah godaan.

   Orang yang mendengarkan pesan cinta bukannya mendapatkan informasi tentang cinta tetapi justru hanya sebuah teka-teki yang dengan kekuatan godaan yang dahsyat dalam artian bahwa sebuah godaan bekerja secara instan dalam suatu gerakan tunggal yg selalu akan berakhir pd godaan itu sendiri. Begitulah, siklus godaan cinta yang tak akan dapat diberhentikan karena rahasia cinta selalu tersembunyi dan semua org akan mencoba mengkhianati rahasia cinta, tetapi yg dapat ia katakan hanyalah godaan-godaan karena “tergoda adalah cara terbaik untuk menggoda!”. Digoda artinya memalingkan orang lain dari apa yang diyakininya atau menarik orang lain dari kebenaran yang telah dimilikinya.”kebenaran adalah rahasia yang melarikan diri”.
Tak ada rahasia yang telah ditemukan,
Hanyalah sebuah godaan yang kita rasakan,
Godaan untuk menggoda dalam cinta!

   Ada satu kutipan dari seorang tokoh filsafat analitik yaitu Bertrand Russel  mengatakan bahwa  “bila kau ingin menikmati dunia sepenuhnya dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang terbaik yang ada dalam kenyataannya, tinggalkanlah egomu!”.



"ahyar anwar"

Minggu, 14 Juli 2013
            Kenapa saya mengemukakan hal ini?Apa maksudnya? Apakah teknologi sudah menjadi ketergantungan bagi manusia modern? Ataukah manusia modern yang mengontrol teknologi itu sendiri di kalangan masyarakat? Bagaimana maksudnya jika Teknologi dibandingkan Tuhan ? Siapa kah yang lebih berkuasa Tuhan ataukah teknologi itu sendiri? Pertanyaan- pertanyaan ini menjadi begitu penting sebagai sebuah rujukan yang akurat dalam hal ini bahwa berkembangnya suatu peradaban mengindikasikan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan.

Analisis sederhana yaitu berangkat dari definisi teknologi itu sendiri yaitu metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis atau ilmu pengetahuan terapan dalam artian bahwa  teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia atau teknologi merupakan anak peradaban yang selalu bersaing dengan kebudayaan dalam mengarahkan hidup manusia. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa teknologi (penciptaan manusia) saat ini yang berkuasa pada diri manusia yang dimana manusia seringkali larut dalam teknologi, menggantungkan diri kepadanya. Dan teknologi melampaui kemanusiaan. Nah, mungkin anda bertanya, terus hubungannya dengan Tuhan apa?

Estetika, salah satu bidang ilmu filsafat yang mempelajari sesuatu sebagai dimensi keindahan. Jika filsafat adalah ikhtiar memahami bagaimana benda-benda berada bersama di dunia, maka teknologi juga adalah kajian filsafat. Teknologi pada awalnya adalah usaha untuk memudahkan manusia. Kemudahan dari teknologi menjadikan manusia lebih punya banyak waktu merenung namun faktanya tidak seperti itu (pada umumnya) bahwasanya, hidup manusia mesti bisa diperdalam dan diperkaya dalam hal ini waktu manusia tak sepenuhnya tersita hanya untuk bertahan hidup dan realitasnya teknologi memungkinkan manusia mengontrol semua hal, kecuali teknologi sendiri. Determinisme (konsekuensi kejadian sebelumnya dan ada di luar kemauan)  teknologi sepertinya tak terhindarkan maksudnya harus selalu dilawan bukan dengan phobia teknologi tapi dengan setia pada hidup. Yaaaah… berbahagialah kita, punya teknologi meski karenanya kita harus berjuang menepis sihirnya dan mutlak adanya teknologi  memiliki daya tarik yang membuat kita tidak sadar. Netralkah teknologi? Atau sejak awal memihak hasrat berkuasa? Kini seakan-akan teknologi memiliki kehendak sendiri dan manusia takluk terhadap teknologi.

 Keyakinan akan teknologi seringkali berbanding terbalik dengan keyakinan akan nalar padahal teknologi adalah turunan nalar, memang  dulu teknologi  itu merupakan perwujudan hasrat untuk menyempurnakan alam dan kini teknologi merupakan hasrat memperburuk alam. Mengapa demikian? pada awalnya teknologi meniru alam seiring berjalannya waktu alam meniru teknologi yang dimana tiruan itu melampaui aslinya maksudnya di sini alam semakin terpuruk, kesadaran (diri) puas hanya sebatas di permukaan saja. Contoh kecil: bagaimana bila listrik di rumah mati selama sebulan? atau air di rumah tidak mengalir. Tentu saja tanpa peradaban dan teknologi, manusia berpotensi berada pada posisi terbelakang dan menggantungkan diri sepenuhnya terhadap teknologi, secara tidak langsung ingatan kita terhadap kehidupan (perenungan manusia) ini semakin menurun yang dimana suatu saat kita akan kembali kepada Sang Pencipta Yang Mutlak karena dialah sebagai sebab Awal dan Akhir (sebab dari segala sebab) sehingga terkadang kita melupakan hal itu. Kita Sebagai anak peradaban teknologi selalu membidik naluri manusia untuk mendapatkan kenikmatan, menghindari ketakutan dan melemahkan pikiran. 

Melainkan sebagai Ciptaan-Nya yang selalu membidik naluri untuk menyembah kepada Tuhan kita kadang menyepelekan hal tersebut, karena nikmat atas teknologi itu sendiri sehingga berpatokan pada suatu objek (teknologi) bukan kepada subjek (manusia) terkait dengan toleransi terhadap sesama manusia terutama kepada Sang Pemilik dari segala yang dimiliki (Tuhan) dalam hal ini keberadaan manusia juga dapat dipahami sebagai bagian dari alam, tunduk pada hukum-hukum fisiknya dan tidak berdaya untuk mengubahnya (terbatas), tapi di sisi lain manusia mampu mengatasi kondisi-kondisi alaminya yg merupakan suatu kenyataan bahwa manusia tdk semestinya dikontrol sepenuhnya oleh teknologi dan memiliki kendali atas kapan dan dimana mereka dilahirkan serta meninggal. 

Pada dasarnya manusia adalah binatang yg lemah …yaah mempunyai naluri yg lemah tetapi manusia memiliki kesadaran diri, daya khayal dan akal pikiran yang telah menambatkannya dalam situasi ganjil yaitu terasing dr alam semesta. Teknologi dalam penghayatan manusia modern menjadi sihir yang seakan-akan dapat mewujudkan apapun yang diinginkan dalam waktu sekejap. Manusia yang dicecoki dan diatur sedemikian rupa oleh aturannya sendiri ciptaannya sendiri itu. Lama kelamaan kehilangan rasa kemanusiaan dalam artian bahwa hanya tunduk patuh, mengikuti aturan. Akibatnya rasa kemanusiaannya kian menipis diakibatkan bercinta dengan teknologi menjadi hal umum saat ini, relasi yang menempatkan manusia sebagai hamba penurut apapun yang ditawarkan oleh teknologi dengan berbagai fiturnya.
Rabu, 10 Juli 2013


1. Plato (427 SM - 347SM), filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yg berminat mencapai kebenaran asli).  

2. Aristoteles (384SM – 322SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yg meliputi kebenaran yg didalamnya terkandung ilmu metafisika, logika, retorika, politik, ekonomi, etika dan estetika (menyelidiki sebab dan asas segala benda).    

3. Al-Farabi (wafat 950M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yg sebenarnya.

        Berdasarkan dari asumsi yang di atas dan menurut hemat saya filsafat yang diartikan secara etimologi yaitu berasal dari kata ‘philos’ = cinta dan ‘shopia’ = kebijaksanaan. Jadi untuk orang dikatakan bijak dan mengenal cinta akan kebijaksanaan hanyalah orang-orang yang berfilsafat dan menurut orang awam filsafat itu membuat kita tersesat, haram, pembodohan dan gila karena banyak pikir. . haha . . lucu kan?hahaha… Ya iyalah selama kita masih hidup kita pun akan terus berpikir , dan saya harap kenalilah dulu lebih dalam apa itu filsafat?barulah kita mulai memberi penilaian dan sekali lagi filsafat itu adalah sebuah dasar mengenai ilmu pengetahuan dalam artian bahwa filsafat lah yang mengantar kita untuk menjadi orang yang bijak dan justru membuat kita selamat selama tidak melenceng dengan hukum-hukum Tuhan karena Tuhan membuat alam semesta ini beserta isinya dengan penuh kecintaan, jadi ciptaannya pun harus mencintai apa yang dicintai Sang Pemilik Cinta (Tuhan) dan Tuhan pun berfilsafat, ketika kita mempertanyakan “dimanakah itu Tuhan?” nah untuk menelaah pertanyaan seperti itu diperlukan lah filsafat itu sendiri untuk menjawab soal eksistensi (keberadaan) Tuhan. Dan menurut hemat saya bahwa definisi filsafat adalah sebuah pengantar (dasar) pengetahuan mengenai hakikat sesuatu yang ada, sebab, asal dan hukumnya dan membuat sesuatu yang rumit menjadi gampang dalam berargumentasi, kesimpulan, kritis, detail, dan dijabarkannya sesuatu dengan konsep yang mendasar. Dalam filsafat mutlak adanya logika berpikir dan logika bahasa. Filsafat memiliki sifat yang tepat, landasan sesuatu, spekulasi, keraguan, penasaran dan ketertarikan seseorang ketika mengenal dunia filsafat.
         
          Klasifikasi filsafat menurut latar belakang geografis, budaya, bahasa dan agama dan sebagainya. Menurut latar belakang geografis (wilayah) filsafat terbagi menjadi filsafat barat, filsafat timur dan filsafat timur tengah. Sementara itu menurut latar belakang agama filsafat terbagi menjadi filsafat Islam, filsafat Kristen, filsafat Buddha dan filsafat Hindu. 

          Jadi di dalam filsafat ilmu itu ada yang dinamakan sebagai seorang filsuf atau pemikir dari ilmu itu sendiri. Misalnya seperti dalam filsafat barat di Eropa dan daerah jajahannya dan berkembang di daerah Yunani kuno, tokoh yang berpengaruh itu seperti : Plato, Socrates, Aristoteles, Rene Descartes, G.W.F.Hegel, Immanuel Kant, Karl Heinrich Marx, Arthur Schopenhuer, Friedrich Nietzsche, Jean Paul Sartre dan sebagainya. Yang dimana filsafat barat membahas masalah metafisika/ontologi (hal yg ada), epistemologi (hakekat pengetahuan / kebenaran), aksiologi (norma dan nilai kehidupan yaitu etika dan estetika). Kemudian filsafat timur merupakan tradisi pemikiran filsafat yang berada di wilayah Asia, khususnya India, China dan daerah lainnya yg terpengaruh. Filsafat timur sangat khas antara filsafat dan agama. Dan cenderung lebih membahas masalah agama sehingga dikatakan bahwa filsafat timur itu tidak sistematis, tidak rasional dan tidak kritis seperti filsafat barat. Misalnya dalam pemikiran china sistematikanya berdasarkan susunan kronologis yg dimulai dari penciptaan sampai dgn meninggalnya manusia dijalin secara runtut. Filosof timur itu seperti ; Zhuan Zi, Kong Hu Cu, Lao tse dan lain-lain. Filsafat timur tengah merupakan filsafat yg dipengaruhi oleh filsafat barat karena para filsufnya merupakan org arab atau Islam yang menaklukkan daerah tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dlm tradisi falsafah(gagasan) mereka. Tokohnya yaitu Ibnu Sina, Khalil Gibran, Ibnu Tufail dan Averroes.
         
          Selanjutnya, filsafat menurut agama yaitu  filsafat Islam (muslim) yg memiliki perbedaan dgn filsafat yang lain dan sesuai dgn ajaran agama Islam. Secara garis besar Islam itu mengambil ilmu pengetahuan peradaban Islam pra-Islam seperti Yunani, Romawi, Persia dan India termasuk diantaranya ilmu logika, matematika, astronomi, pengetahuan alam, pengetahuan sosial dan sebagainya. Filsafat Kristen yg dimana filsafat ini disusun oleh para pemimpin gerejawan untuk menghadapi abad pertengahan. Saat itu, dunia barat khususnya Kristen berapa pd masa kegelapan. Masyarakat pun kembali kepercayaan agamanya. Tokoh filsafat Kristen hampir smua merupakan ahli agama atau theologian seperti Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura yaitu berbicara masalah aspek epistemologi dan berisikan bahwa tidak ada kebenaran di luar kerangka metafisika Allah. Semua kebenaran di dunia sudah sesuai dgn yg tertulis di Alkitab (garis besar). 

          Kapan lahir dan dikenalnya teori filsafat? Yah, pada dasarnya menurut sepengetahuan saya bahwa asal mula filsafat itu adalah dari munculnya pertanyaan yg berhubungan hakekat sesuatu yg bersifat esensial (ke-apaan), seiring dgn berkembangnya zaman hadirnya filsafat justru membuat kita semakin mudah dalam berfikir. Mungkin anda bertanya bagaimana membuatnya mudah?  Sebenarnya ketika anda mengunjungi google lebih terkhusus kepada Wikipedia, anda secara tdk langsung membaca artikel filsafat. Mungkin anda kaget, tp percayalah jika anda itu fans dr Wikipedia itu maka scr tdk langsung anda memiliki 94% kecendrungan untuk membaca artikel filsafat dan 6% selainnya, dgn intensi disengaja pun akan melewati barisan tag line dan keyword yg akan memandu anda pada artikel. Sampai-sampai Wikipedia perlu mendedikasikan langsung satu persatu page, tentang fenomena ini.

          Berdasarkan atas segala kekurangan saya, saya ucapkan banyak terima kasih kpd Sang Pemilik dari segala pemilik terutama kepada senior dan teman-teman 2012 di kampus yg telah mengantarkan saya untuk mengenal filsafat dan berbagai referensi utamanya organisasi HmI (Himpunan mahasiswa Islam) komisariat hukum unhas cabang Makassar Timur. Walaupun apa yang saya berikan kepada HmI tidak setimpal dgn apa yang saya dapatkan dari kajian di sana tp sy berusaha dengan semaksimal mungkin yaitu memberikan yg terbaik utamanya lewat karya (tulisan) ini. Sedikit curhat…..hehehe :). Jadi, filsafatlah yg membimbing kita untuk menjadi segala-galanya. Life is a choice, but the philosophy change your life!!!
Selasa, 09 Juli 2013
Pembahasan disini mengenai "pentingnya membaca buku". Nah, sebelum berangkat/menjelaskan tentang apa,siapa,kenapa,dimana,kapan dan bagaimana itu buku. Ada baiknya buku itu didefinisikan terdahulu agar sesuatu yang mau dibahas dari buku itu berangkat dari sesuatu yang jelas menghasilkan sesuatu yang lebih jelas/terperinci yaitu buku adalah sebuah tulisan (hasil karya/referensi) seseorang/penulis yang tidak lepas dari ilmu pengetahuan yang mempunyai beberapa lembar/halaman. 

Sesuai dengan definisi di atas bahwa buku adalah suatu karya, berarti setiap buku mempunyai penulis/pencipta karya itu yang dimana penulis pada umumnya adalah orang-orang terkemuka, seperti : Murtada Mhutahhari, Djalaluddin Rakhmat, Ali Syariati, Ayatullah baqir M.Baqir Shadr, Prof.Achmad Ali, Quraish Shihab, M.T.Misbah Yazdi  dll. Mungkin diantara penulis-penulis yang saya sebutkan itu anda (pembaca) memiliki salah seorang favorite (andalan). Dan mungkin suatu saat saya akan(salah satu cita-cita saya) menjadi seorang penulis/menciptakan sebuah karya seperti yang disebutkan tadi atau masuk dalam kategori favorite pembaca yang mencintai karya saya. Amin.
               
Kenapa saya mengangkat tema BUKU/mengenal yang namanya buku? Karena buku adalah sebuah pengantar dari seseorang/penulis yang akan melontarkan karyanya dan niscaya bermanfaat bagi pembaca dan sama sekali tidak mempunyai kerugian bagi pembaca dalam artian bahwa hubungan antara penulis dan pembaca mempunyai keterkaitan hubungan yang erat yaitu saling menguntungkan. Dan buku akan anda temukan dimana saja yang berbau ilmu pengetahuan/cinta akan ilmu pengetahuan salah satunya yaitu perpustakaan. Buku pertama kali saya kenal semenjak saya duduk di bangku sekolah (memiliki) anda pun mungkin seperti itu atau pada umumnya seperti itu.
               
Anda mungkin bertanya, bagaimanakah cara mencintai buku itu/menjadi seseorang yang cinta akan buku itu sendiri? Menurut subjektivitas saya, untuk mencintai buku : pertama, mengenal buku itu sendiri karena buku adalah salah satu manifestasi paling berharga dan memiliki keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain dan buku itu niscaya tidak akan terlepas dari ilmu pengetahuan itu sendiri, seperti yang dikatakan oleh Imam Ali bahwa ‘ilmu lebih baik sebab orang yang berilmu cenderung untuk menjadi dermawan, sedanfkan orang yang berharta cenderung untuk menjadi kikir dan pelit’ maka dari itu sisihkanlah atau buatlah harta menjadi sebuah buku (beli) karena buku akan terus meningkat ketika dibagikan dan harta akan semakin susut ketika dibagikan. Kedua, buku itu ketika dibaca seseorang pun akan menjadi sebuah cahaya (terang) dianalogikan seperti matahari yaitu sumber kehidupan dalam artian bahwa manusia juga memerlukan sebuah cahaya karena orang yang berilmu pasti akan menjadi cahaya dimana saja dan setiap Agama menyuruh kita untuk cerdas (ilmu pengetahuan). Dan ketiga, sesuai dengan kepercayaan saya (Islam) bahwa didalam Al-qur’an (pedoman hidup) yaitu surah yang pertama turun di dalam Al-qur’an adalah Iqra’ artinya bacalah. Jadi saya rasa orang yang tidak mencintai ilmu pengetahuan niscaya kehidupan kita menjadi gelap atau tidak tahu karena ketidaktahuan seseorang adalah dekat dengan kemiskinan menjadi sebuah kejahatan yang dekat dengan pencurian, pemerkosaan, pembunuhan dll.
               
Jadi di dalam kehidupan kita, marilah kita sama-sama mencintai yang namanya ilmu pengetahuan yang berbentuk Buku demi kemajuan akan bangsa kita yang runtuh ini. Mari meniru Tuhan (Yang Maha Tahu) !!!