Popular Posts
-
Karangan ini saya buat berdasarkan apa yang saya ketahui dan apa yang saya dapatkan di bangku perkuliahan Fakultas Hukum Universitas ...
-
Suatu wacana yang menarik ketika kita mengkaji filosof dan ilmuwan. Apakah filosof (ahli filsafat ilmu) dan ilmuwan i...
-
Ketika Wortley, mengemukakan bahwa : “ Jurisprudence is the knowledge of law in its various forms and manifestations ” ...
-
Suatu hal yang menarik ketika kita mengkaji, dengan dibentuknya beberapa komisi-komisi negara seperti Komisi Yudisial, Komisi Pemberantas...
-
Berbicara mengenai kriminologi, otomatis tidak lepas dari pembahasan masalah kejahatan dan merupakan salah satu ilmu pemb...
-
Apakah kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau perspektif kita terhadap diri kita bahwa d...
-
Apakah segala bentuk perbuatan atau tindakan warga Negara menjadi terbatas (kaku) dengan adanya suatu aturan hukum, ...
-
Untuk memahami apa itu filsafat, mari kita lihat pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian filsafat : 1. Plato (427 SM...
-
Berbicara mengenai konsep kekinian, tentu manusia tidak terlepas dari apa yang dibutuhkan atau yang dinginkannya yaitu belajar. Apa...
-
Hidup yang terpahami adalah kematian yang sesungguhnya, dan kematian yang terpahami adalah awal dari langkah untuk memulai...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Kategori
- Agama ( 6 )
- Hukum & Sosial ( 13 )
- Logika & Filsafat ( 10 )
- Motivasi ( 5 )
- Puisi ( 2 )
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 29 Juli 2013
Apakah
kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau
perspektif kita terhadap diri kita bahwa diri ini budak?atau pedagang?ataukah
pecinta? Kapankah kita bisa mengambil tolak ukur bahwa kita ini budak, pedagang
ataukah pecinta di dalam beragama? Kenapa manusia dalam cara beribadahnya
dibagi menjadi 3 kategori? Seperti apa itu budak, pedagang dan pecinta?mari
kita simak !
Hidup memang tidaklah terlepas dari
pilihan dan tidak terlepas diantara-Nya. Merujuk kepada data-data teologis
bahwa kesempurnaan yang hakiki, mutlak dan tidak terbatas adalah Tuhan (QS.
22:64). Dialah Zat yang Maha Esa, Maha Kaya, dan Pemurah wujud kepada
makhluk-Nya (QS. 35:15) Dialah Rabbiul ‘alamin. Maha Pengatur, Maha Pemelihara,
Pemilik Mutlak, Penguasa dan Pemerintah Mutlak. Maka, perjumpaan dengan Tuhan
adalah kesempurnaan terbesar manusia (QS. 53:42 – QS. 84:6). Berdasarkan
subjektifitas manusia, bahwa manusia cenderung mencintai diri sendiri (merawat)
karena mencintai diri sendiri adalah naluri induk bagi kecenderungan dan
tendensi batin lainnya. Naluri ini tidak
pernah puas dengan nikmat keterbatasannya
(QS. 70:19-21). Tuntunannya semakin menjadi 7 maksudnya adalah hingga
menembus langit-langit keterbatasan (bukan 7 langit yang kita konsepsikan
menjadi 7 di alam khayal kita). Dan perjumpaan menuju kesempurnaan itu tidak
lain adalah kepuasaan terbesar bagi naluri cinta terhadap diri sendiri.
Ditegaskan bahwa iman itu
berderajat atau mempunyai tingkatan. Derajat minimal iman adalah menerima
kepuasan kalbu bahwa “La ilaha illallah” tidak ada Tuhan selain Allah adalah
kalimat Tauhid yang mencakup keyakinan kita terhadap Tuhan sebagai Rabbiul
alamin. Imam Ali, mengumpamakan orang pertama itu budak dan orang kedua itu
dengan pedagang serta yang ketiga dengan pecinta. Inilah tangga-tangga iman,
yaitu makna takut, harap dan cinta :
1.
Seseorang yg mengimani Tuhan dan menganggap
bahwa manusia(ciptaan-Nya) itu budak dan akan menundukkan diri di hadapan-Nya
dengan motivasi takut dari segala takut dan khawatir dari segala khawatir atau
dengan kata lain ibadah (shalat, puasa, zakat, dll) adalah perintah-Nya.
2.
Seseorang yang mengimani Tuhan dan menganggap
bahwa segala perlakuan atau wujud peribadatan kita (mengharapkan) surga dan takut
neraka-Nya. Nilai keimanannya jelas berbeda dari nomor 1. Sesuai dengan lagunya
chrisye ft. ahmad dhani “jika surga dan neraka tak pernah ada?masihkah kau
bersujud kepada-Nya?”
3.
Seseorang yang mengimani Tuhan dan menganggap
bahwa segala segala bentuk perlakuan atau ibadahku adalah kecintaan terhadap
sang Pencipta yaitu tidak lagi memikirkan siksa atau pahala, surga dan neraka.
Dan nilai keimanannya tentu berbeda dengan nomor 1 dan 2. Dan sesuai pula
dengan lagunya dewa (satu) “aku ini adalah diri-MU, jiwa ini adalah jiwa-Mu,
tak ada yang lain selain diri-Mu Yang selalu kupuja”.
Mungkin anda
masih mempertanyakan, kenapa seperti itu?maksudnya apa? Tentulah kita ini mau
menjadi pecinta bagi Sang Pemilik Cinta ini karena hanya Dialah yang pantas
untuk dicinta (objektif). Dan kecintaan terhadap sesama manusia itu
(subjektif). Bukan berarti ibadah itu bukan perintah-Nya , dan bukan berarti
ketika kita melakukan ibadah terhadap-Nya tidak mendapatkan surga akan tetapi
itu adalah konsekuensi kita terhadap Sang Pencipta karena Tuhan tidak butuh
lagi apapun karena Dia Maha Segala-Nya dan Sempurna. Jadi wujud peribadatan
kita yaitu bentuk pengucapan terima kasih terhadap Sang Pencipta dalam artian
bahwa kita bersyukur atas Nikmat-Nya. Sekali lagi kita ini bukan budak baginya
karena ketika Tuhan mempunyai budak berarti ada sesuatu yang dilakukannya itu
butuh yang lain (kerajaan) sementara Tuhan adalah Maha Segala-Nya dan Tuhan
menciptakan alam semesta beserta isinya dikarenakan kecintaannya, contoh kecil
: anda membaca ini tulisan apakah ini kemauan Tuhan ataukah kemauan anda
sendiri? tentu karena diri sendiri berarti Tuhan tidak pernah memperbudak kita
karena Tuhan Maha Penyayang bukan berarti ada yang terlepas darinya tapi itu
adalah pilihan anda dan sudah ketentuan Tuhan ketika anda membuka website
(aturannya).
Manakah tindakan yang mendekatkan
kita terhadap-Nya? Tidak ragu lagi bahwa akal
dengan tegas menunjukkan atau menimbang tindakan yang bernilai baik yaitu
bentuk kerja sama terhadap diri yang dibantu oleh indera (5 alat) pada manusia
karena akal adalah pencapaian kesempurnaan manusia dan menjadi beda terhadap
binatang dan untuk menemukan tindakan yang benar-benar baik yang mengarahkan
manusia kepada tujuannya. Akal tidak untuk menebarkan perselisihan-perselisihan
dari hasilnya kalaupun sampai tataran hawa nafsu tentulah kita tidak dapat
dikatakan manusia. Apa bedanya dengan binatang? Satu hal yang perlu kita tahu
bahwa empiris dan akal manusia itu terbatas (terlalu lemah) untuk menyelidiki
atau menganalisis sesuatu yaitu seluruh efek material dan ma’nawi itu serta
dampak duniawi dan ukhrawi, individual dan sosial bagi seluruh kehidupan kita
ini dari seluruh tindakan sengaja. Dalam mengatasi kekurangan dan
keterbatasannya, akal membutuhkan uluran
tangan Dzat Yang Maha Tahu, Maha Adil dan Maha Bijaksana. Aantum a’lamu
amillah. ‘kalian lebih tahu ataukah kami?’ di sini agama hadir di tengah
kehidupan kita. Agama bukanlah lawan dari akal tapi akal hadir sebagai
pelengkap dalam agama (menganalisis sesuatu). Dan barangsiapa yang mengenal
dirinya maka dia akan mengenal Tuhan!
Label:
Agama
|
0
komentar
Sabtu, 27 Juli 2013
Manakah yang lebih berpengaruh terhadap pribadi
mahasiswa?kuliah hanya sekedar kuliah ataukah dengan mendapatkan IP/IPK yang
tinggi ataukah kuliah dengan berorganisasi? Mungkin pertanyaan seperti “IP/IPK
tinggi ataukah memiliki organisasi mahasiswa” mana yang lebih berguna? menjadi
kegalauan untuk kalangan mahasiswa pada umumnya. Karena di satu sisi, umumnya
beberapa mahasiswa berpikir bahwa kalau memiliki organisasi itu justru membuat
kuliah kita terganggu atau tidak fokus atau mungkin saja takutnya larut dalam
keorganisasian. Yaitu IP/IPK tinggi tanpa bekal organisasi atau organisasi
tanpa bekal IP/IPK yang tinggi ?
Hidup memanglah pilihan. Dan mahasiswa adalah insan akademis, pencipta, pengabdi dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur. Dan yang menentukan nasib atau masa depan adalah diri kita sendiri utamanya seperti kita ini sebagai mahasiswa. Banyak hal yang harusnya dipertimbangkan dalam menghadapi realita seperti ini. Pada dasarnya, keduanya memiliki peran penting bagi kita ini (mahasiswa). Dapat dikatakan keduanya saling bergantung, mendukung dan melengkapi terhadap diri sendiri. Namun terlepas dari masalah ketergantungan, dukung-mendukung dan lengkap-melengkapi. Kita sebagai mahasiswa calon penentu masa hidup kita sendiri, haruslah mampu menentukan prioritas utama guna mencapai kualitas hidup di atas rata-rata atau masa depan yang baik dengan kata lain menggapai cita-cita. Pernyataan ini mungkinkah terdengar egois, mengapa kita hanya menentukan masa depan hidup kita sendiri tanpa memikirkan cara mengkualitaskan hidup Negara? utamanya Negara kita yang terkenal akan korupsinya (Indonesia) ! Saya kira terlalu jauh dan abstrak bila kita memikirkan cara peningkatan kualitas Negara Indonesia sedangkan masa depan kita sendiri belum terarah dan terstruktur dengan baik.
Lalu, mana yang harus diprioritaskan oleh mahasiswa untuk mencapai hidup berkualitas? IP/IPK tinggi sebagai prioritas utama? atau ilmu organisasilah yang harus didalami? Kebanyakan Mahasiswa pengejar nilai akan memilih memprioritaskan IPK tinggi, biasa dijadikan sebagai alat pamer level kepandaian seseorang. Tapi apalah arti "IP/IPK tinggi" jika diperoleh dengan segala bentuk kecurangan misalnya (Nyontek, plagiat, manipulasi dan dikarenakan akrab dengan dosen/tetangga dosen). Namun, tidak sedikit mahasiswa yang mengejar IP/IPK tinggi dengan menjunjung tinggi penguasaan dan penyerapan ilmu-ilmu dalam setiap mata kuliah yang diambilnya tanpa menggunakan cara instant. Jadi, tak seharusnya kita khawatir akan pencapaian nilai IP atau IPK bila ilmu sudah digenggam tangan. Dan tak dapat dipungkiri juga bahwa ketentuan IP/IPK tinggi adalah momok kegagalan sebagian mahasiswa untuk dapat berbicara (khususnya fakultas Hukum) atau membagi ilmu pengetahuan berdasarkan disiplin ilmunya.
Demikian juga dengan organisasi mahasiswa yang tak diragukan lagi sebagai salah satu penyebar efek-efek negatif terhadap mahasiswa. Disini kita akan dihadapkan dengan dua pilihan: "mengambil ilmu-ilmu yang ada di organisasi tersebut untuk pembentukan karakter?" atau "sekedar kuliah?" Apa sebenarnya makna dari pilihan kedua?
Biasanya kita akan mulai menyepelekan tugas utama sebagai mahasiswa. Dari sinilah kehancuran dan kebinasaan cita-cita. Kita biasa memulainya dari jarangnya hadir dalam kelas, kalaupun hadir mahasiswa akan terjangkit penyakit malas belajar atau pengaruh dosen yang karenanya membosankan cara mengajarnya. Nah, disinilah organisasi hadir untuk menjawab kegelisahan seperti itu, dalam artian bahwa di dalam suatu organisasi utamanya organisasi yang fokus di bidang pengkaderan atau aktif mengadakan kegiatan-kegiatan diskusi ataupun kajian yang membuat kita terbiasa untuk hal seperti itu. Dan menurut saya, kalau kuliah sekedar kuliah bagai taman yang indah untuk dilihat sekejap dan bila membandingkan atau melihat taman yang satunya dilengkapi bunga pastilah kita lebih senang melihat taman yang dilengkapi bunga itu. Jadi kulliah tanpa organisasi yah bagai taman tak berbunga. Dan orang-orang pada umumnya lahir dari sebuah organisasi walaupun sy sendiri masih mahasiswa tp setidaknya kita bisalah melihat realitasnya misalnya Jusuf Kalla, Amien Rais, Akbar Tanjung, Fahmi Idris, Mahadi Sinambela, Ferry Mursyidan Baldan, Hidayat Nur Wahid (Gusdur), Marwah Daud Ibrahim, Munir SH, Adyaksa Dault, Abdullah Hemahua, Yusril Ihza Mahendra, Syaifullah Yusuf, Bursah Jarnubi, Hamid Awwaluddin, Jimly Asshiddiqie, Anas Urbaningrum, dan masih banyak lagi. Dia menjadi tokoh besar dikarenakan pernah berorganisasi.
Satu hal yang terpenting dalam kasus ini adalah kembali kepada individu masing-masing. Apa tujuan akhir anda setelah sarjana? sebelumnya hanya sekedar kuliah atau bahkan kedua-duanya? Menurut saya :
- Jika anda merasa memiliki, tetapi merasa mampu berorganisasi, maka dalamilah ilmu organisasi sebagai bekal hidup bersosial.
- Tetapi jika anda merasa memiliki maka fokuslah pada penyerapan ilmu atau materi-materi kuliah untuk mencapai IPK Tinggi. Dan saya yakin ilmu yang diajarkan dari dosen tidak semuanya akan diberikan dan organisasi hadir menjawab itu maukah itu diskusi bersama senior ataukah teman organisasi dsb.
- Dan jika merasa bisa kedua-duanya, maka jalankan keduanya dengan serasi dan selaras tanpa menjatuhkan atau menyepelekan salah satu darinya.
Pada dasarnya, antara IPK tinggi
dengan organisasi mahasiswa memiliki keterkaitan dan ketergantungan. IP/IPK tinggi
tanpa diimbangi organisasi dan organisasi tanpa dibekali IP/IPK Tinggi akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kerja kedepannya.saya yakin
akan hal itu :).
Mungkin pembaca mengatakan bahwa penulis terlalu banyak berkata-kata. Tapi dengan keterbatasan saya dan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan setidaknya dengan berbagai pertimbangan seperti itu mudah-mudahan bisa mengantarkan kita kepada masa depan yang lebih cerah. Akhir kata saya mengatakan : Orang yang pernah berorganisasi hidupnya tak akan buta.
Label:
Motivasi
|
0
komentar
Jumat, 26 Juli 2013
Mungkinkah melakukan perubahan sosial tanpa
upaya pelurusan kesalahan berfikir?mustahil ada perubahan ke arah yang benar
kalau kesalahan berfikir masih menjebak dalam benak kita. Pengacauan intelektual
yang masif dan intensif pada masa orde baru(bahkan sampai kini), merupakan
hambatan terbesar dalam upaya melakukan rekayasa sosial. Dalam setiap
transformasi sosial yang terjadi dimasyarakat dibutuhkan seorang pemikir yang
dapat menggerakkannya. Para pemikir yang mempunyai idea masing-masing tidak
hanya mampu melontarkan ide-ide bagi transformasi juga mampu mensosialisasikan
buah pikirannya tersebut kepada masyarakat. Sebagai mahasiswa yang mengklaim
diri sebagai kaum intetelektual sepantasnya untuk berfikir bagaimana melakukan
transformasi diri serta transformasi sosial menuju ke arah yang jauh lebih
baik. Untuk mencapai hal tersebut kita sepantasnya menghindari berbagai
kesalahan berfikir yang mengakibatkan gagalnya kita dalam berfikir. Berikut
kesalahan berfikir tersebut :
1.Fallacy of Dramatic Instance berawal dari
kecenderungan orang untuk melakukan apa yang dikenal dengan over-generalisation.
Yaitu, penggunaan satu-dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general
atau umum. Kerancuan berfikir semacam ini banyak terjadi dalam berbagai sosial. Misalnya :
*Andi adalah mahasiswa Unhas
Ando adalah
mahasiswa Unhas
Ando adalah mahasiswa yang cerdas
Jadi, Andi juga mahasiswa yang cerdas
(karena keduanya
mahasiswa Unhas)*
Kadang-kadang, overgeneralisasi
terjadi dalam pemikiran kita saat memandang seseorang, sesuatu atau tempat. Padahal,
orang itu selalu berubah sehingga hal yang sama tidak bisa kita terapkan pada
orang yang sama terus-menerus dan selama-lamanya.
2. Fallacy of Retrospective Determinism adalah menjelaskan
sebagai kebiasaan orang yang menganggap masalah sosial yang sekarang terjadi
sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari
dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Cara berpikir ini selalu
mengacu pada “kembali ke belakang” atau “historis”. Atau secara jelasnya
disebutkan sebagai upaya kembali pada sesuatu yang seakan-akan sudah ditentukan
dalam sejarah masa lalu.
Misalnya, ada suatu masalah sosial yang bernama korupsi di Indonesia. Sebagai orang yang mengatakan : “mengapa korupsi itu harus diberhentikan sepanjang sejarah
korupsi di Indonesia itu ada dan tidak bisa dibasmi. Oleh karena itu, yang harus kita
lakukan bukan untuk menghilangkan korupsi di Indonesia, melainkan meminimalisir korupsi agar
terhindar dari dampak-dampak yang tidak diinginkan. Karena, sekali lagi,
korupsi itu sudah ada sepanjang sejarah.”
3. Post Hoc Ergo
Propter Hoc dari bahasa latin : post artinya sesudah, hoc artinya demikian;
ergo artinya karena itu : propter artinya disebabkan : dan hoc artinya
demikian. Singkatnya sesudah itu- karena itu- oleh sebab itu. Jadi,bila ada
peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka dapat dinyatakan bahwa yang
pertama adalah sebab dari yang kedua. Sebagai contoh, ada seorang mahasiswa yang lebih
suka dengan bajunya yg berwarna merah dibanding bajunya yang lain hanya karena ketika baju warna merah itu dipakai selalu nilainya tinggi pada saat final (IP di atas rata-rata) atau IP nya tinggi apabila dia memakai baju yg berwana merah itu. Dulu, waktu dia tidak pernah memakai baju warna merah itu nilai mata kuliahnya (IP) selalu rendah. dan salah satu temannya berkata: “kalau anda memakai itu baju warna merah selalu mendapatkan nilai IP di atas rata-rata. Dulu, waktu sebelum atau tidak memakai baju yang berwarna merah itu. nilaimu selalu di bawah rata-rata. Nah, baju yang berwana merah itu dikatakan baju yang membawa keberuntungan bila dipakai saat final (baju andalan).
4. Fallacy of
Misplaced Concretness berarti salah letak. Maksudnya adalah kesalahan berpikir
yang muncul karena kita mengkonkretkan sesuatu yang sebenarnya adalah abstrak.
Atau dapat dikatakan sebagai menganggap real sesuatu yang sebetulnya
hanya ada dalam pikiran kita. Misalnya mengapa orang Islam secara ekonomi dan
politik lemah?mengapa kita tidak bisa menjalankan syariat Islam dengan
baik?lalu ada orang menjawab : “kita hancur karena kita berapa pada satu sistem
jahiliyah. Kita hancur karena ada thaghut itu adalah dua hal dua hal yang
abstrak sehingga jika jawabannya seperti itu, lalu apa yang bisa dilakukan?kita
harus mengubah system! Tetapi, “siapa” system itu? System yang abstrak itu kita
pandang sebagai sesuatu yang konkret.
5. Argumentum ad
Verecundiam ialah berargumen dengan menggunakan otoritas, walaupun otoritas itu
tidak relevan atau ambigu. Ada beberapa orang yang menggunakan otoritas untuk
membela paham dan kepentingannya sendiri.dengan mengutuip suatu peristiwa dalam
sirah (perjalanan) Nabi, dia membenarkan paham dan kepentingannya sendiri. Padahal,
peristiwa yang dikutipkannya itu belum tentu relevan dengan masalah atau tema
yang sedang diperbincangkan.
6. Fallacy of
Composition adalah dugaan bahwa terapi yang berhasil untuk satu orang pasti
juga berhasil untuk semua orang. Sebagai contoh, di suatu kampung ada yang
memelihara ayam. Ayam petelur negeri itu berhasil mendatangkan uang banyak bagi
pemiliknya. Melihat itu, dengan serta-merta penduduk kampung menjual sawahnya
untuk dijadikan modal bisnis ayam petelur. Akibatnya, semua penduduk kampung
itu bangkrut lantaran merosotnya permintaan dan membanjirnya pasokan barang.
7. Circular Reasoning
artinya pemikiran yang berputar-putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung
asumsi yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semula. Misalnya perdebatan
tentang rendahnya prestasi intelektual umat Islam di Indonesia. Orang pertama
membuktikan konklusi tersebut dengan membandingkan persentase mahasiswa Islam
dan non-Islam pada program S2 dan S3. Haslnya, makin tinggi tingkat pendidikan,
makin menurun trend kehadiran orang Islam di dalamnya. Padahal, di tingkat
sekolah dasar, persentase sis Muslim adalah 95%. Kesimpulannya, umat Islam di
Indonesia menduduki posisi intelektual yang rendah. Lalu, orang kedua
menyatakan bahwa hal ini terjadi lantaran orang-orang Islam diperlakukan tidak
sederajat dengan orang-orang non Islam. Jadi, ada perlakuan diskriminatif
terhadap orang-orang Islam. Sampai-sampai , orang-orang Islam serng dicoret
dari program-program pendidikan tinggi. Orang pertama menjawab lagi, “orang Islam
itu dicoret karena orang meragukan kemampuann intelektualnya. “Dengan jawaban
ini, kita kembali pada pokok masalah. Akhirnya, perdebatan itu terus-menerus
berputar di sekitar itu.
referensi : rekayasa sosial - Jalaluddin Rakhmat
Label:
Logika & Filsafat
|
0
komentar
Kamis, 25 Juli 2013
sa lalu (orang-orang
terdahulu) ataukah puasa itu merupakan sebuah ibadah? Ataukah puasa dijalankan dikarenakan
ikut-ikutan karena pengaruh dari orang lain? Mungkin kita berpuasa karena
berharap adanya pahala atau sebaliknya karena takut berdosa. Dalam bahasa yang
lebih tegas, sebagian dari kita berpuasa karena takut pada ancaman neraka? Apakah puasa hanya diperuntukkan hanya kepada
orang yang menganut agama Islam? Kenapa kita harus berpuasa? Mengapa kita harus
puasa dan untuk siapa kita berpuasa? Ada berapa puasa berdasarkan aspek
tinjauannya? Mari kita lihat.
Puasa dalam berbagai derivasinya, disebut 13 kali dlm al-qur'an; tetapi kata 'shaum' hanya disebut satu kali: 'shaum' disitu berbeda sama sekali dengan 'shiam', yg merujuk pada puasa seperti yg lazim kita lakukan. Dalam bahas sufistik, 'shaum' mengacu pada tarekat. Satu-satunya kata 'shaum' dalam al qur'an berkaitan dengan kisah seorang perempuan suci yg melahirkan Nabi Isa as., yaitu maryam. Setelah mengalirkan sungai di bawah kaki Maryam dan menjatuhkan kurma yg surga, Tuhan berkata kpd Maryam, yg mengalami rasa sakit krn akan melahirkan anak : "maka makan, minum, dan tenangkan hatimu. Jika
kamu berjumpa dengan manusia, katakan saja : "aku sudah berjanji kpd Tuhan Yang Mahakasih untuk melaksanakan shaum. Aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam:26)
Adapun secara terminologi
(istilah), puasa berasal dari kata ‘shawn’ (bahasa India) adalah menahan
sesuatu pada waktu tertentu oleh orang tertentu dari perkara-perkara spesifik
yang disertai dengan niat. Puasa mempunyai beberapa aspek dalam tinjauannya,
yaitu agama, kaum filosof dan sufi, aspek kemanusiaan (humanis).
1. Puasa dalam tinjauan agama ada 2 yaitu
agama samawi (langit) seperti Yahudi, Nasrani dan Islam . Jadi, puasa bukan
pula diperuntukkan hanya kepada umat Islam seperti Yahudi pun melakukan puasa. Para
pakar perbandingan agama mendapatkan data bahwa sebelum mengenal agama Samawi,
orang-orang Mesir kuno, orang-orang Yunani dan Romawi telah mengenal puasa. Demikian juga dengan orang-orang
Majusi, Budha, Yahudi dan Kristen. Dalam karyanya "al-Fahrasat" Ibnu
Nadim menyebutkan bahwa orang-orang Majusi berpuasa tiga puluh hari dalam
setahun. Mereka juga melakukan puasa-puasa sunnah yang ditujukan sebagai
penghormatan kepada bulan, Mars dan Matahari. Sementara At-Thabari dalam
tafsirnya, Jami` al-Bayan, menyebutkan bahwa
seluruh pemeluk agama samawi (ahli kitab) diwajibkan oleh Allah untuk
melaksanakan puasa.
2. Puasa dalam tinjauan kaum filsuf (ahli
filsafat) dan sufi (ahli ilmu tasawuf).
bahwa , puasa menurut filsuf yaitu meniru Tuhan misalnya seperti tidak makan,
tidak minum dan tidak melakukan seks . Dan puasa menurut sufi yaitu puasa berbicara,
puasa mendengar dan puasa melihat maksudnya disini bahwa bukan berarti tidak
bebicara sama sekali, tidak mendengar sama sekali sesuatu ataupun sengaja
menutup telinga dengan pakai headset, penutup telinga ataupun tidak melihat sama sekali maksudnya adalah para
sufi tidak melakukan pembicaraan yang tidak penting (gosip), menjauhi pendengaran-pendengaran
hal-hal yang berbau keburukan org lain dan tidak melihat hal-hal yang berbau negatif.
3. Puasa dalam tinjauan aspek kemanusiaan
(humanis):
Misalnya Sigmund
Freud dengan teori psikoanalisisnya tentang tahap-tahap kepribadian individu
yaitu :
-
Tahap oral : dimulai dari semenjak lahirnya
seorang anak yang menguyah sesuatu yang dia pegang.
-
Tahap anal : umur 1-3 tahun yaitu seorang balita
mulai mengenal alat produksinya atau biasa disebut alat kemaluan.
-
Tahap phalic : umur 3-5 tahun yaitu seorang anak
mulai mengenal atau melihat sesuatu yang lain dari dirinya misalnya seorang
anak yang berjenis kelamin laki-laki sering kepada ibunya untuk digendong dan
seorang anak perempuan mulai atau lebih sering kepada ayahnya.
-
Tahap genital : seorang anak dalam masa pubertas
(matang) atau pada umumnya berumur 17 tahun dalam artian bahwa manusia sudah dianggap
dewasa dalam tahap ini. Ketika manusia belum bisa sampai kepada tahap genital walaupun
sudah mendapatkan masa pubertas tapi belum dapat mengendalikan diri terhadap
alat produksinya maka itu disebut dengan
fiksasi (perasaan terikat atau terpusat pd sesuatu secara berlebihan).
Abraham maslow dengan teori
piramidanya yaitu :
1. Kebutuhan biologis,
contohnya: makanan, minuman, pakaian, bernafas
dll
2. Kebutuhan keamanan dan
keselamatan, contohnya: bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman dll.
3. Kebutuhan sosial, misalnya adalah : memiliki teman, memiliki
keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan penghargaan, misalnya : pujian, piagam, tanda
jasa dll.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri yaitu :
o
Memusatkan diri pada realitas (reality-centered),
yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih,
bebas dari bias.
o
Memusatkan diri pada masalah, yakni melihat
persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
o Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami,
mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
Untuk apa dan siapa kita berpuasa
(beribadah)? Kita berpuasa bertujuan untuk pengendalian diri dan untuk diri
sendiri bukanlah karena siapa-siapa ataupun bukan karena Tuhan karena Tuhan
tidak membutuhkan sesuatu lagi apalagi sebagai seorang manusia . Jadi
berpuasalah karena mencintai diri sendiri bukan karena mau masuk surga, takut
pada neraka, atau menganggap diri sebagai budak dari Tuhan karena ketika Tuhan
memiliki budak berarti Tuhan bukanlah segalanya karena Tuhan mempunyai
perantara untuk melakukan terhadap sesuatu dan Tuhan dikatakan Tuhan ketika dia
tidak membutuhkan sesuatu karena Dia Maha Segala-Nya. Walaupun melakukan
perintahnya adalah konsekuensi atau akibat dari ibadah yang kita lakukan dan surga
pun adalah konsekuensi dari pahala yang kita dapatkan tapi kita sebaiknya
berharap bukanlah sampai pada tataran itu, semoga kita menjadi pecinta kepada-Nya
karena cinta bukanlah menghitung konsep rugi dan untung terhadap sesuatu.
Maka, cintailah apa yang dicintai Sang Pemilik Cinta. Dan Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang terus meningkatkan kesuciannya setelah Ramadhan, minimal mempertahankan apa yg telah disucikan.
Label:
Agama
|
0
komentar
Selasa, 23 Juli 2013
Apakah
perbedaan antara rahasia dengan cinta, ataukah sama? Dimanakah perlakuan cinta
itu sendiri ataukah sekedar persoalan hati ?bagaimana kita dapat mengungkapkan
rahasia cinta? Kapankah makna cinta teragung dapat kita temukan? Kenapa cinta hadir
dalam sisi yang penuh daya tolak menolak? Dengan segala keterbatasan, saya akan
membahas tentang rahasia cinta dengan penuh kecintaan terhadap apa yang saya
ungkapkan dalam tulisan ini.
Definisi
dari rahasia cinta adalah rahasia yang takkan terkatakan dalam artian bahwa sebuah
nama yang sejak pada ejaan huruf pertamanya tidak dapat dikatakan karena tidak
ada cara yang tepat untuk kita terjemahkan artinya. Maksudnya disini, segalanya
tertutup untuk diungkapkan dan selalu ada kabut yang menutupi kesadaran kita
dari nama tersebut. Mengungkapkan rahasia cinta sejauh yang kita temukan adalah
sebuah kesadaran berkabut dan sejauh yang kita harapkan dapat mengatakan
sesuatu tentang cinta, sesuatu itu hanyalah kisah-kisah yang ada di luar cinta.
Tidak ada yang dapat dikisahkan dari sebuah rahasia, karena dari apa yang kita
pahami memang tidak ada yang dapat kita katakan.
Tak ada seorang pun yang dapat
eksis dalam sebuah ruang rahasia. Rahasia berarti sesuatu yang takkan
terungkapkan, tak mungkin dikomunikasikan. Bahkan sebuah rahasia menjadi
rahasia (tidak berubah-ubah) meskipun tidak dirahasiakan. Maka sebuah rahasia
mempunyai kekuatan dan kekuasaan tersendiri. Seorang lelaki hanya mungkin
memecahkan rahasia hati seorang wanita yang dicintainya dengan jalan
menciptakan dirinya sebagai sebuah rahasia yang lain bagi sang wanita. Sebuah teka-teki
hanya mungkin digoda dengan sebuah teka-teki yang lain. Rahasia bisa berbicara,
tetapi tidak tentang dirinya. Rahasia hanya akan berbicara dengan bahasa
teka-teki yaitu hanya bergerak dalam sirkulasi antara tanda teka-teki menuju
tanda teka-teki lain.
Kita mengenal Nabi Adam A.S dan
Hawa yaitu sebuah pertemuan cinta sepasang kekasih yang menjadi awal mula
kehidupan bukan (manusia purba, teori Charles Darwin). Kita juga mengenal Romeo dan Juliet, sepasang
kekasih dengan cinta sejati. Kita pun mengenal seseorang dalam keluarga kita
yang menjadi visualisasi cinta. Tapi, pantaskah jika seseorang berteriak bahwa “Cinta
telah ditemukan!, cinta telah dikisahkan, cinta telah dituliskan pada berbagai
lembar catatan (contohnya ; surat cinta)”. Itu semua, bukan berarti bahwa rahasia
cinta telah dibicarakan artinya tidak dapat dikhianati dalam bentuk apapun
seperti halnya takkan ada yang pernah puas dengan penjelasan cinta dari
siapapun. Maka cinta selalu menggoda manusia untuk menemukan rahasianya. Rahasia
yang menjebak siapapun dalam sebuah enigma (misterius) teka-teki. Siapapun yang
masuk dalam enigma (misterius) rahasia cinta, maka dia akan tetap dalam rahasia
itu dan akan menikmati kesenangan rahasia itu. Jika ia mengatakan sesuatu untuk
mengkhianati rahasia cinta. Dan mengatakan sesuatu wacana tentang cinta yang
menggoda. Jika seseorang menuliskan, mengatakan, menjelaskan, mengungkapkan
tentang apa itu cinta dan bagaimana ia berada dalam rahasia cinta, maka semua
kata-katanya hanya akan menjelma (wujud) menjadi sebuah godaan.
Orang yang mendengarkan pesan cinta bukannya
mendapatkan informasi tentang cinta tetapi justru hanya sebuah teka-teki yang dengan
kekuatan godaan yang dahsyat dalam artian bahwa sebuah godaan bekerja secara
instan dalam suatu gerakan tunggal yg selalu akan berakhir pd godaan itu
sendiri. Begitulah, siklus godaan cinta yang tak akan dapat diberhentikan
karena rahasia cinta selalu tersembunyi dan semua org akan mencoba mengkhianati
rahasia cinta, tetapi yg dapat ia katakan hanyalah godaan-godaan karena “tergoda
adalah cara terbaik untuk menggoda!”. Digoda artinya memalingkan orang lain
dari apa yang diyakininya atau menarik orang lain dari kebenaran yang telah
dimilikinya.”kebenaran adalah rahasia yang melarikan diri”.
Tak ada rahasia yang
telah ditemukan,
Hanyalah sebuah godaan
yang kita rasakan,
Godaan untuk menggoda
dalam cinta!
Ada satu kutipan dari seorang tokoh
filsafat analitik yaitu Bertrand Russel mengatakan bahwa “bila kau ingin menikmati dunia sepenuhnya
dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang terbaik yang ada dalam kenyataannya,
tinggalkanlah egomu!”.
"ahyar anwar"
"ahyar anwar"
Label:
Logika & Filsafat
|
0
komentar
Minggu, 14 Juli 2013
Kenapa saya mengemukakan hal ini?Apa maksudnya? Apakah teknologi sudah menjadi ketergantungan bagi manusia
modern? Ataukah manusia modern yang mengontrol teknologi itu sendiri di
kalangan masyarakat? Bagaimana maksudnya jika Teknologi dibandingkan Tuhan ?
Siapa kah yang lebih berkuasa Tuhan ataukah teknologi itu sendiri? Pertanyaan-
pertanyaan ini menjadi begitu penting sebagai sebuah rujukan yang akurat dalam
hal ini bahwa berkembangnya suatu peradaban mengindikasikan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan.
Analisis sederhana yaitu berangkat
dari definisi teknologi itu sendiri yaitu metode ilmiah untuk mencapai tujuan
praktis atau ilmu pengetahuan terapan dalam artian bahwa teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia atau teknologi merupakan anak peradaban yang selalu bersaing dengan
kebudayaan dalam mengarahkan hidup manusia. Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa teknologi (penciptaan manusia) saat ini yang berkuasa pada diri manusia
yang dimana manusia seringkali larut dalam teknologi, menggantungkan diri
kepadanya. Dan teknologi melampaui kemanusiaan. Nah, mungkin anda bertanya,
terus hubungannya dengan Tuhan apa?
Estetika, salah satu bidang ilmu filsafat yang
mempelajari sesuatu sebagai dimensi keindahan. Jika filsafat adalah ikhtiar memahami
bagaimana benda-benda berada bersama di dunia, maka teknologi juga adalah
kajian filsafat. Teknologi pada awalnya adalah usaha untuk memudahkan manusia.
Kemudahan dari teknologi menjadikan manusia lebih punya banyak waktu merenung
namun faktanya tidak seperti itu (pada umumnya) bahwasanya, hidup manusia mesti
bisa diperdalam dan diperkaya dalam hal ini waktu manusia tak sepenuhnya tersita
hanya untuk bertahan hidup dan realitasnya teknologi memungkinkan manusia
mengontrol semua hal, kecuali teknologi sendiri. Determinisme (konsekuensi
kejadian sebelumnya dan ada di luar kemauan)
teknologi sepertinya tak terhindarkan maksudnya harus selalu dilawan
bukan dengan phobia teknologi tapi dengan setia pada hidup. Yaaaah… berbahagialah
kita, punya teknologi meski karenanya kita harus berjuang menepis sihirnya dan
mutlak adanya teknologi memiliki daya
tarik yang membuat kita tidak sadar. Netralkah teknologi? Atau sejak awal memihak
hasrat berkuasa? Kini seakan-akan teknologi memiliki kehendak sendiri dan
manusia takluk terhadap teknologi.
Keyakinan akan teknologi seringkali berbanding
terbalik dengan keyakinan akan nalar padahal teknologi adalah turunan nalar,
memang dulu teknologi itu merupakan perwujudan hasrat untuk
menyempurnakan alam dan kini teknologi merupakan hasrat memperburuk alam.
Mengapa demikian? pada awalnya teknologi meniru alam seiring berjalannya waktu
alam meniru teknologi yang dimana tiruan itu melampaui aslinya maksudnya di
sini alam semakin terpuruk, kesadaran (diri) puas hanya sebatas di permukaan
saja. Contoh kecil: bagaimana bila listrik di rumah mati selama sebulan? atau
air di rumah tidak mengalir. Tentu saja tanpa peradaban dan teknologi, manusia berpotensi berada pada posisi terbelakang dan menggantungkan diri sepenuhnya terhadap teknologi, secara tidak
langsung ingatan kita terhadap kehidupan (perenungan manusia) ini semakin
menurun yang dimana suatu saat kita akan kembali kepada Sang Pencipta Yang Mutlak karena
dialah sebagai sebab Awal dan Akhir (sebab dari segala sebab) sehingga terkadang kita
melupakan hal itu. Kita Sebagai anak peradaban teknologi selalu membidik naluri
manusia untuk mendapatkan kenikmatan, menghindari ketakutan dan melemahkan
pikiran.
Melainkan sebagai Ciptaan-Nya yang selalu membidik naluri untuk menyembah kepada Tuhan kita kadang menyepelekan hal tersebut, karena nikmat atas teknologi itu sendiri sehingga berpatokan pada suatu objek (teknologi) bukan kepada subjek (manusia) terkait dengan toleransi terhadap sesama manusia terutama kepada Sang Pemilik dari segala yang dimiliki (Tuhan) dalam hal ini keberadaan manusia juga dapat dipahami sebagai bagian dari alam, tunduk pada hukum-hukum fisiknya dan tidak berdaya untuk mengubahnya (terbatas), tapi di sisi lain manusia mampu mengatasi kondisi-kondisi alaminya yg merupakan suatu kenyataan bahwa manusia tdk semestinya dikontrol sepenuhnya oleh teknologi dan memiliki kendali atas kapan dan dimana mereka dilahirkan serta meninggal.
Pada dasarnya manusia adalah binatang yg lemah …yaah mempunyai naluri yg lemah tetapi manusia memiliki kesadaran diri, daya khayal dan akal pikiran yang telah menambatkannya dalam situasi ganjil yaitu terasing dr alam semesta. Teknologi dalam penghayatan manusia modern menjadi sihir yang seakan-akan dapat mewujudkan apapun yang diinginkan dalam waktu sekejap. Manusia yang dicecoki dan diatur sedemikian rupa oleh aturannya sendiri ciptaannya sendiri itu. Lama kelamaan kehilangan rasa kemanusiaan dalam artian bahwa hanya tunduk patuh, mengikuti aturan. Akibatnya rasa kemanusiaannya kian menipis diakibatkan bercinta dengan teknologi menjadi hal umum saat ini, relasi yang menempatkan manusia sebagai hamba penurut apapun yang ditawarkan oleh teknologi dengan berbagai fiturnya.
Melainkan sebagai Ciptaan-Nya yang selalu membidik naluri untuk menyembah kepada Tuhan kita kadang menyepelekan hal tersebut, karena nikmat atas teknologi itu sendiri sehingga berpatokan pada suatu objek (teknologi) bukan kepada subjek (manusia) terkait dengan toleransi terhadap sesama manusia terutama kepada Sang Pemilik dari segala yang dimiliki (Tuhan) dalam hal ini keberadaan manusia juga dapat dipahami sebagai bagian dari alam, tunduk pada hukum-hukum fisiknya dan tidak berdaya untuk mengubahnya (terbatas), tapi di sisi lain manusia mampu mengatasi kondisi-kondisi alaminya yg merupakan suatu kenyataan bahwa manusia tdk semestinya dikontrol sepenuhnya oleh teknologi dan memiliki kendali atas kapan dan dimana mereka dilahirkan serta meninggal.
Pada dasarnya manusia adalah binatang yg lemah …yaah mempunyai naluri yg lemah tetapi manusia memiliki kesadaran diri, daya khayal dan akal pikiran yang telah menambatkannya dalam situasi ganjil yaitu terasing dr alam semesta. Teknologi dalam penghayatan manusia modern menjadi sihir yang seakan-akan dapat mewujudkan apapun yang diinginkan dalam waktu sekejap. Manusia yang dicecoki dan diatur sedemikian rupa oleh aturannya sendiri ciptaannya sendiri itu. Lama kelamaan kehilangan rasa kemanusiaan dalam artian bahwa hanya tunduk patuh, mengikuti aturan. Akibatnya rasa kemanusiaannya kian menipis diakibatkan bercinta dengan teknologi menjadi hal umum saat ini, relasi yang menempatkan manusia sebagai hamba penurut apapun yang ditawarkan oleh teknologi dengan berbagai fiturnya.
Label:
Logika & Filsafat
|
0
komentar
Rabu, 10 Juli 2013
1. Plato (427 SM - 347SM), filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yg berminat mencapai kebenaran asli).
2. Aristoteles (384SM – 322SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yg meliputi kebenaran yg didalamnya terkandung ilmu metafisika, logika, retorika, politik, ekonomi, etika dan estetika (menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Al-Farabi (wafat 950M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yg sebenarnya.
Berdasarkan dari asumsi yang di atas dan menurut hemat saya filsafat yang diartikan secara etimologi yaitu berasal dari kata ‘philos’ = cinta dan ‘shopia’ = kebijaksanaan. Jadi untuk orang dikatakan bijak dan mengenal cinta akan kebijaksanaan hanyalah orang-orang yang berfilsafat dan menurut orang awam filsafat itu membuat kita tersesat, haram, pembodohan dan gila karena banyak pikir. . haha . . lucu kan?hahaha… Ya iyalah selama kita masih hidup kita pun akan terus berpikir , dan saya harap kenalilah dulu lebih dalam apa itu filsafat?barulah kita mulai memberi penilaian dan sekali lagi filsafat itu adalah sebuah dasar mengenai ilmu pengetahuan dalam artian bahwa filsafat lah yang mengantar kita untuk menjadi orang yang bijak dan justru membuat kita selamat selama tidak melenceng dengan hukum-hukum Tuhan karena Tuhan membuat alam semesta ini beserta isinya dengan penuh kecintaan, jadi ciptaannya pun harus mencintai apa yang dicintai Sang Pemilik Cinta (Tuhan) dan Tuhan pun berfilsafat, ketika kita mempertanyakan “dimanakah itu Tuhan?” nah untuk menelaah pertanyaan seperti itu diperlukan lah filsafat itu sendiri untuk menjawab soal eksistensi (keberadaan) Tuhan. Dan menurut hemat saya bahwa definisi filsafat adalah sebuah pengantar (dasar) pengetahuan mengenai hakikat sesuatu yang ada, sebab, asal dan hukumnya dan membuat sesuatu yang rumit menjadi gampang dalam berargumentasi, kesimpulan, kritis, detail, dan dijabarkannya sesuatu dengan konsep yang mendasar. Dalam filsafat mutlak adanya logika berpikir dan logika bahasa. Filsafat memiliki sifat yang tepat, landasan sesuatu, spekulasi, keraguan, penasaran dan ketertarikan seseorang ketika mengenal dunia filsafat.
Klasifikasi
filsafat menurut latar belakang geografis, budaya, bahasa dan agama dan
sebagainya. Menurut latar belakang geografis (wilayah) filsafat terbagi menjadi
filsafat barat, filsafat timur dan filsafat timur tengah. Sementara itu menurut
latar belakang agama filsafat terbagi menjadi filsafat Islam, filsafat Kristen,
filsafat Buddha dan filsafat Hindu.
Jadi di dalam filsafat ilmu itu ada yang dinamakan sebagai seorang filsuf atau pemikir dari ilmu itu sendiri. Misalnya seperti dalam filsafat barat di Eropa dan daerah jajahannya dan berkembang di daerah Yunani kuno, tokoh yang berpengaruh itu seperti : Plato, Socrates, Aristoteles, Rene Descartes, G.W.F.Hegel, Immanuel Kant, Karl Heinrich Marx, Arthur Schopenhuer, Friedrich Nietzsche, Jean Paul Sartre dan sebagainya. Yang dimana filsafat barat membahas masalah metafisika/ontologi (hal yg ada), epistemologi (hakekat pengetahuan / kebenaran), aksiologi (norma dan nilai kehidupan yaitu etika dan estetika). Kemudian filsafat timur merupakan tradisi pemikiran filsafat yang berada di wilayah Asia, khususnya India, China dan daerah lainnya yg terpengaruh. Filsafat timur sangat khas antara filsafat dan agama. Dan cenderung lebih membahas masalah agama sehingga dikatakan bahwa filsafat timur itu tidak sistematis, tidak rasional dan tidak kritis seperti filsafat barat. Misalnya dalam pemikiran china sistematikanya berdasarkan susunan kronologis yg dimulai dari penciptaan sampai dgn meninggalnya manusia dijalin secara runtut. Filosof timur itu seperti ; Zhuan Zi, Kong Hu Cu, Lao tse dan lain-lain. Filsafat timur tengah merupakan filsafat yg dipengaruhi oleh filsafat barat karena para filsufnya merupakan org arab atau Islam yang menaklukkan daerah tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dlm tradisi falsafah(gagasan) mereka. Tokohnya yaitu Ibnu Sina, Khalil Gibran, Ibnu Tufail dan Averroes.
Selanjutnya,
filsafat menurut agama yaitu filsafat Islam (muslim) yg memiliki
perbedaan dgn filsafat yang lain dan sesuai dgn ajaran agama Islam. Secara
garis besar Islam itu mengambil ilmu pengetahuan peradaban Islam pra-Islam
seperti Yunani, Romawi, Persia dan India termasuk diantaranya ilmu logika,
matematika, astronomi, pengetahuan alam, pengetahuan sosial dan sebagainya. Filsafat Kristen yg dimana filsafat ini
disusun oleh para pemimpin gerejawan untuk menghadapi abad pertengahan. Saat
itu, dunia barat khususnya Kristen berapa pd masa kegelapan. Masyarakat pun
kembali kepercayaan agamanya. Tokoh filsafat Kristen hampir smua merupakan ahli
agama atau theologian seperti Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura yaitu
berbicara masalah aspek epistemologi dan berisikan bahwa tidak ada kebenaran
di luar kerangka metafisika Allah. Semua kebenaran di dunia sudah sesuai dgn yg
tertulis di Alkitab (garis besar).
Kapan lahir dan dikenalnya teori filsafat? Yah, pada dasarnya menurut sepengetahuan saya bahwa asal mula filsafat itu adalah dari munculnya pertanyaan yg berhubungan hakekat sesuatu yg bersifat esensial (ke-apaan), seiring dgn berkembangnya zaman hadirnya filsafat justru membuat kita semakin mudah dalam berfikir. Mungkin anda bertanya bagaimana membuatnya mudah? Sebenarnya ketika anda mengunjungi google lebih terkhusus kepada Wikipedia, anda secara tdk langsung membaca artikel filsafat. Mungkin anda kaget, tp percayalah jika anda itu fans dr Wikipedia itu maka scr tdk langsung anda memiliki 94% kecendrungan untuk membaca artikel filsafat dan 6% selainnya, dgn intensi disengaja pun akan melewati barisan tag line dan keyword yg akan memandu anda pada artikel. Sampai-sampai Wikipedia perlu mendedikasikan langsung satu persatu page, tentang fenomena ini.
Berdasarkan atas segala kekurangan saya, saya ucapkan banyak terima kasih kpd Sang Pemilik dari segala pemilik terutama kepada senior dan teman-teman 2012 di kampus yg telah mengantarkan saya untuk mengenal filsafat dan berbagai referensi utamanya organisasi HmI (Himpunan mahasiswa Islam) komisariat hukum unhas cabang Makassar Timur. Walaupun apa yang saya berikan kepada HmI tidak setimpal dgn apa yang saya dapatkan dari kajian di sana tp sy berusaha dengan semaksimal mungkin yaitu memberikan yg terbaik utamanya lewat karya (tulisan) ini. Sedikit curhat…..hehehe :). Jadi, filsafatlah yg membimbing kita untuk menjadi segala-galanya. Life is a choice, but the philosophy change your life!!!
Label:
Logika & Filsafat
|
0
komentar
Selasa, 09 Juli 2013
Pembahasan disini mengenai "pentingnya
membaca buku". Nah, sebelum berangkat/menjelaskan tentang
apa,siapa,kenapa,dimana,kapan dan bagaimana itu buku. Ada baiknya buku itu
didefinisikan terdahulu agar sesuatu yang mau dibahas dari buku itu berangkat
dari sesuatu yang jelas menghasilkan sesuatu yang lebih jelas/terperinci yaitu
buku adalah sebuah tulisan (hasil karya/referensi) seseorang/penulis yang tidak
lepas dari ilmu pengetahuan yang mempunyai beberapa lembar/halaman.
Sesuai dengan definisi di atas
bahwa buku adalah suatu karya, berarti setiap buku mempunyai penulis/pencipta karya
itu yang dimana penulis pada umumnya adalah orang-orang terkemuka, seperti : Murtada Mhutahhari, Djalaluddin Rakhmat, Ali Syariati, Ayatullah
baqir M.Baqir Shadr, Prof.Achmad Ali, Quraish Shihab, M.T.Misbah Yazdi dll. Mungkin diantara penulis-penulis yang
saya sebutkan itu anda (pembaca) memiliki salah seorang favorite (andalan). Dan
mungkin suatu saat saya akan(salah satu cita-cita saya) menjadi seorang
penulis/menciptakan sebuah karya seperti yang disebutkan tadi atau masuk dalam kategori
favorite pembaca yang mencintai karya saya. Amin.
Kenapa saya mengangkat tema BUKU/mengenal
yang namanya buku? Karena buku adalah sebuah pengantar dari seseorang/penulis yang
akan melontarkan karyanya dan niscaya bermanfaat bagi pembaca dan sama sekali
tidak mempunyai kerugian bagi pembaca dalam artian bahwa hubungan antara
penulis dan pembaca mempunyai keterkaitan hubungan yang erat yaitu saling
menguntungkan. Dan buku akan anda temukan dimana saja yang berbau ilmu
pengetahuan/cinta akan ilmu pengetahuan salah satunya yaitu perpustakaan. Buku pertama
kali saya kenal semenjak saya duduk di bangku sekolah (memiliki) anda pun
mungkin seperti itu atau pada umumnya seperti itu.
Anda mungkin bertanya, bagaimanakah
cara mencintai buku itu/menjadi seseorang yang cinta akan buku itu sendiri? Menurut
subjektivitas saya, untuk mencintai buku : pertama, mengenal buku itu sendiri karena buku adalah salah satu
manifestasi paling berharga dan memiliki keuntungan untuk diri sendiri dan
orang lain dan buku itu niscaya tidak akan terlepas dari ilmu pengetahuan itu
sendiri, seperti yang dikatakan oleh Imam Ali bahwa ‘ilmu lebih baik sebab orang
yang berilmu cenderung untuk menjadi dermawan, sedanfkan orang yang berharta
cenderung untuk menjadi kikir dan pelit’ maka dari itu sisihkanlah atau buatlah
harta menjadi sebuah buku (beli) karena buku akan terus meningkat ketika
dibagikan dan harta akan semakin susut ketika dibagikan. Kedua, buku itu ketika dibaca seseorang pun akan menjadi sebuah
cahaya (terang) dianalogikan seperti matahari yaitu sumber kehidupan dalam
artian bahwa manusia juga memerlukan sebuah cahaya karena orang yang berilmu
pasti akan menjadi cahaya dimana saja dan setiap Agama menyuruh kita untuk
cerdas (ilmu pengetahuan). Dan ketiga, sesuai
dengan kepercayaan saya (Islam) bahwa didalam Al-qur’an (pedoman hidup) yaitu
surah yang pertama turun di dalam Al-qur’an adalah Iqra’ artinya bacalah. Jadi saya
rasa orang yang tidak mencintai ilmu pengetahuan niscaya kehidupan kita menjadi
gelap atau tidak tahu karena ketidaktahuan seseorang adalah dekat dengan
kemiskinan menjadi sebuah kejahatan yang dekat dengan pencurian, pemerkosaan,
pembunuhan dll.
Jadi di dalam kehidupan kita,
marilah kita sama-sama mencintai yang namanya ilmu pengetahuan yang berbentuk
Buku demi kemajuan akan bangsa kita yang runtuh ini. Mari meniru Tuhan (Yang Maha
Tahu) !!!
Label:
Motivasi
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)