Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 17 Juli 2014
       Pergerakan mahasiswa menjadi multitafsir terhadap yang dimaksud dengan idealisme terhadap dunia post-modernisme ini yang mendarah daging dalam jiwa idealisme mahasiswa yaitu bebas nilai terhadap kejadian yang terjadi.

       Secara universal, perlu dikatakan bahwa mahasiswa dan bukan mahasiswa adalah manusia itu sendiri, dimana mahasiswa haruslah memahami manusia secara universal melalui fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia. Menurut Murtada Muthahhari (pemikir dari Iran) bahwa fitrah manusia itu memiliki 2 fitrah yaitu fitrah menalar (akal) dan fitrah merasa (hati).

        Terkadang mahasiswa menggunakan fitrah menalar (analisis) sampai lupa dengan fitrah merasa (hati) terhadap masyarakat atau publik dan inilah disebut dengan idealisme kiri. Juga ada mahasiswa yang menggunakan fitrah merasa (hati) sampai lupa terhadap fitrah menalar (akal) terhadap penalaran masyarakat/publik yang mengakibatkan pergerakan mahasiswa menjadi luntur. Hal yang sangat cenderung mempengaruhi dunia kemahasiswaan adalah terbentuknya pemikiran yang konsumtif diakibatkan produk-produk yang memerangi alam bawah sadar masyarakat modern yang sesuai dengan bahasa Antonio Gramsci yang disebut dengan hegemoni (penyerangan alam bawah sadar). Maksudnya adalah mahasiswa cenderung memiliki penyakit untuk berpikir bagaimana kemudian dapat memiliki produk, sehingga ketika semakin banyak produk yang dimiliki mahasiswa maka mahasiswa akan semakin disibukkan untuk merawat produk yang dimiliki sehingga mengurangi waktu untuk berpikir terhadap perubahan zaman, misalnya penyelewengan kekuasaan, kezaliman terjadi di suatu daerah tertentu. Dan hal ini juga menjadi penyebab lunturnya gerakan mahasiswa sekarang ini. Akankah mahasiswa membiarkan kezaliman ini terus terjadi? sebagaimana seseorang membutuhkan payung ketika hujan terjadi, sebagaimana itu pula manusia merindukan akan adanya keadilan yang hakiki dan mahasiswa memiliki amanah untuk itu dalam artian perubahan zaman dari kezaliman menuju keadilan.

       Meminjam dari bahasa seorang pemikir yang bernama Erich Fromm bahwa penyakit manusia modern adalah manusia disibukkan untuk bagaimana kemudian untuk dapat dicintai sehingga lupa akan cara bagaimana kita dapat mencintai sesuatu. Misalnya dalam dunia keperempuanan disibukkan dengan dunia-dunia kosmetik dan laki-laki disibukkan dengan dunia style (gaya hidup yang sesuai dengan produk yang ada). Sehingga, tolak ukur pergaulan mahasiswa cenderung kepada produk apa yang kita miliki.

      Tidak ada yang salah dalam dunia modern ini dikarenakan dunia modern atau perkembangan teknologi adalah sesuatu yang pasti terjadi, tapi bagaimana kemudian mahasiswa tidak kehilangan nilai yang dipikulnya salah satunya adalah sebagai penggerak perubahan. akankah mahasiswa membiarkan kezaliman yang mendarah daging di negara ini?

      Kemudian yang menjadi permasalahan adalah pergerakan mahasiswa tidak lagi disertai dengan gerakan cinta dalam artian mahasiswa haruslah memahami nilai kemahasiswaan disertai dengan cara-cara yang modern atau sesuai dengan zaman dan perlunya mahasiswa untuk menganalisis zaman untuk menjawab pergerakan mahasiswa. Cara untuk memberi sesuatu itu melalui perkembangan zaman (budaya) dan nilai (tujuan) yang akan disampaikan dari segi kemahasiswaan itu tidak pernah berubah. Ketika mahasiswa sudah memiliki nilai apa yang akan dicapai melalui sejarah, maka diperlukan juga mengenali budaya untuk memiliki metode atau cara untuk mahasiswa menyampaikan nilai kemahasiswaan, maka pada saat itulah pergerakan cinta terjadi yaitu pergerakan yang memahami nilai kemahasiswaan dan memahami zaman yang disebut tantangan pergerakan cinta.