Popular Posts
-
Karangan ini saya buat berdasarkan apa yang saya ketahui dan apa yang saya dapatkan di bangku perkuliahan Fakultas Hukum Universitas ...
-
Suatu wacana yang menarik ketika kita mengkaji filosof dan ilmuwan. Apakah filosof (ahli filsafat ilmu) dan ilmuwan i...
-
Ketika Wortley, mengemukakan bahwa : “ Jurisprudence is the knowledge of law in its various forms and manifestations ” ...
-
Berbicara mengenai kriminologi, otomatis tidak lepas dari pembahasan masalah kejahatan dan merupakan salah satu ilmu pemb...
-
Suatu hal yang menarik ketika kita mengkaji, dengan dibentuknya beberapa komisi-komisi negara seperti Komisi Yudisial, Komisi Pemberantas...
-
Apakah segala bentuk perbuatan atau tindakan warga Negara menjadi terbatas (kaku) dengan adanya suatu aturan hukum, ...
-
Apakah kita hidup di dunia ataukah kita diciptakan di muka bumi ini dengan tujuan atau perspektif kita terhadap diri kita bahwa d...
-
Untuk memahami apa itu filsafat, mari kita lihat pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian filsafat : 1. Plato (427 SM...
-
Berbicara mengenai konsep kekinian, tentu manusia tidak terlepas dari apa yang dibutuhkan atau yang dinginkannya yaitu belajar. Apa...
-
Hidup yang terpahami adalah kematian yang sesungguhnya, dan kematian yang terpahami adalah awal dari langkah untuk memulai...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
Kategori
- Agama ( 6 )
- Hukum & Sosial ( 13 )
- Logika & Filsafat ( 10 )
- Motivasi ( 5 )
- Puisi ( 2 )
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 21 Oktober 2013
Pembahasan
mengenai Marx dan Marxisme selalu muncul di sebuah media, diskusi-diskusi dan
lain sebagainya bahkan dalam buku-buku para politikus dan para ilmuwan-ilmuwan
sosial. Yaitu terjadi kesalahpahaman dalam artian bahwa tidak ada yang lebih
luas daripada pandangannya selain pandangan terhadap materialisme Marx. Mungkin
karena berbeda referensi?
Marx mendeskripsikan metode historisnya secara ringkas “ cara dimana manusia memproduksi alat-alat penghidupannya pertama-tama tergantung pada sifat dari alat aktualisasi yang ditemukan manusia dalam eksistensinya dan yang harus dibuatnya kembali. ”Marx juga membedakan antara materialisme historis dan materialisme kontemporer yaitu dengan tesisnya tentang Feurbach, “kelemahan pokok semua materi bahwa objek, realitas yang ditangkap melalui indera dipahami hanya dalam bentuk objek atau kontemplasi; tetapi bukan sebagai aktivitas manusia yang inderawi, sebagai praktek; bukan secara subjektif. Lawan dari materialisme, sisi aktif dari suatu objek dikembangkan secara abstrak oleh idealisme yang tentunya tidak mengenal secara inderawi. Feurbach membagi 2 objek yaitu objek inderawi dan objek berpikir tetapi dia tidak memahami aktivitas manusia itu sendiri sebagai aktivitas objektif. Marx melihat sebuah objek yang dapat dijelaskan dari sebab fisiknya dan bagi pandangan Hegel, Marx mempelajari manusia dan sejarah berangkat dari manusia nyata dan kondisi-kondisi ekonomi dan sosial tempat dia hidup dan bukan berangkat dari ide-idenya. Marx jauh dari materialisme borjuis sebagaimana dia jauh dari idealisme Hegel, nah makanya dia dapat berkata bahwa filsafatnya bukanlah idealisme maupun materialisme tetapi sintesis antara humanisme dan naturalisme.
Kesimpulannya, materialisme historis sama sekali bukanlah sebuah teori psikologi; materialisme historis mengacu kepada cara manusia memproduksi yaitu cara berpikir dan hasratnya, dan bukan bahwa dorongan manusia yang paling besar adalah untuk meraih materi secara maksimal dan penafsiran filsafat Marx terhadap sejarah yaitu aspek antropologis , jika kita hendak meniadakan ambiguitias kata-kata materialistik dan ekonomis. Jadi menurut Marx, manusia adalah “pengarang dan aktor sejarahnya sendiri”(dalam bukunya Erich Fromm “konsep manusia menurut Marx” disertai terjemahan ; economic and philosophical manuscript –Karl Marx)
Yang mesti dikaji untuk sampai
kepada pemahaman filsafat Marx adalah kesalahpahaman terhadap konsep materialisme dan materialisme historis.
Anggapan tentang konsep tersebut
bahwa kebutuhan manusia terhadap materi yang tidak ada habisnya dan kesenangan
merupakan motivasi utama manusia, yaitu melupakan fakta kecil bahwa kata-kata idealisme dan materialisme yang dipakai oleh Marx tidak mempunyai keterkaitan
dengan motivasi psikis terhadap tingkat spiritual seseorang yang lebih tinggi
dan bertentangan dengan motivasi psikis terhadap tingkat spiritual yang lebih
rendah.
Marx di anggap percaya bahwa motif
psikologis manusia yang tertinggi adalah keinginannya untuk memperoleh dan
bersenang-senang dengan uang maksudnya adalah upaya untuk memperoleh keuntungan
maksimal merupakan pendorong utama dalam kehidupan pribadinya dan manusia pada
umumnya. Dan asumsi Marx mengabaikan kepentingan individu; bahwa dia tidak
menghargai atau memahami kebutuhan spiritual manusia bahwa idealitasnya adalah
seorang manusia yang terpenuhi pangan dan sandang secara baik tetapi tidak
berjiwa. Kritik marx terhadap agama dianggap identik dengan penolakannya
terhadap semua nilai spiritual dan yang terakhir ini menjadi konkret bagi
orang-orang yang beranggapan bahwa percaya kepada Tuhan berarti berorientasi
spiritual.
Materi
yang bergerak adalah hal yang mendasar dari alam semesta yang berangkat dari
pandangan pra-Socrates, meskipun dia
materialis akan tetapi ini menjadi sebagai sebuah aturan nilai atau prinsip
etis. Sebaliknya idealisme, bukan berarti dunia empirik yang senantiasa berubah
dan menyatakan realitas, tetapi esensi (ke-apa-an) yang tidak memiliki badan
atau ide. Sistem Plato adalah sistem filsafat tentang idealisme (idealisme Plato)
bahwa Marx dinyatakan sebagai seorang materialis dalam ontologi, dia bahkan
tidak tertarik dan hampir tidak bercampur tangan dengan masalah tersebut.
Materialisme ini mengajarkan bahwa perasaan dan ide-ide cukup dijelaskan
sebagai hasil dari proses kimia dalam tubuh “pemikiran merupakan representasi
dari otak sebagaimana kencing merupakan representasi dari ginjal.”
Marx menentang
materialisme abstrak dalam sains alam yaitu mengabaikan sejarah dan prosesnya
(dalam bukunya “Manuskrip tentang ekonomi
dan filsafat” yang menyatakan
kebenaran kesatuan antara idealisme dan materialisme. Faktanya, bahwa Marx
tidak pernah menggunakan istilah materialisme
historis atau materialisme dialektis; dia justru memakai istilah metode dialektika yang terbalik dengan metode dialektika Hegel yang mengacu
terhadap kondisi-kondisi yang mendasar terhadap eksistensi manusia. Marx
mengatakan “kami berangkat dari manusia yang nyata dan aktif, dan berdasarkan
proses kehidupannya yang nyata, kami menunjukkan perkembangan gerak reflex dan
gema ideologis dari proses kehidupan ini”. Dan “ filsafat Hegel tidak lain
kecuali filosofis dari dogma-Kristen Jerman yang berkontradiksi antara jiwa dan
materi, Tuhan dan dunia. Dan Hegel
mengasumsikan bahwa sejarah yang spekulatif dan melatari sejarah yang empiris.
Sejarah manusia diubah menjadi sejarah jiwa manusia yang abstrak, yang mentransendensikan
manusia nyata.
Marx mendeskripsikan metode historisnya secara ringkas “ cara dimana manusia memproduksi alat-alat penghidupannya pertama-tama tergantung pada sifat dari alat aktualisasi yang ditemukan manusia dalam eksistensinya dan yang harus dibuatnya kembali. ”Marx juga membedakan antara materialisme historis dan materialisme kontemporer yaitu dengan tesisnya tentang Feurbach, “kelemahan pokok semua materi bahwa objek, realitas yang ditangkap melalui indera dipahami hanya dalam bentuk objek atau kontemplasi; tetapi bukan sebagai aktivitas manusia yang inderawi, sebagai praktek; bukan secara subjektif. Lawan dari materialisme, sisi aktif dari suatu objek dikembangkan secara abstrak oleh idealisme yang tentunya tidak mengenal secara inderawi. Feurbach membagi 2 objek yaitu objek inderawi dan objek berpikir tetapi dia tidak memahami aktivitas manusia itu sendiri sebagai aktivitas objektif. Marx melihat sebuah objek yang dapat dijelaskan dari sebab fisiknya dan bagi pandangan Hegel, Marx mempelajari manusia dan sejarah berangkat dari manusia nyata dan kondisi-kondisi ekonomi dan sosial tempat dia hidup dan bukan berangkat dari ide-idenya. Marx jauh dari materialisme borjuis sebagaimana dia jauh dari idealisme Hegel, nah makanya dia dapat berkata bahwa filsafatnya bukanlah idealisme maupun materialisme tetapi sintesis antara humanisme dan naturalisme.
Kesimpulannya, materialisme historis sama sekali bukanlah sebuah teori psikologi; materialisme historis mengacu kepada cara manusia memproduksi yaitu cara berpikir dan hasratnya, dan bukan bahwa dorongan manusia yang paling besar adalah untuk meraih materi secara maksimal dan penafsiran filsafat Marx terhadap sejarah yaitu aspek antropologis , jika kita hendak meniadakan ambiguitias kata-kata materialistik dan ekonomis. Jadi menurut Marx, manusia adalah “pengarang dan aktor sejarahnya sendiri”(dalam bukunya Erich Fromm “konsep manusia menurut Marx” disertai terjemahan ; economic and philosophical manuscript –Karl Marx)
Label:
Logika & Filsafat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar